Senin 28 Nov 2016 01:57 WIB

Netanyahu Dituduh Cari Keuntungan Politik dari Insiden Kebakaran

Rep: Crystal Liestia P/ Red: Indira Rezkisari
Sebuah bukit terbakar di kawasan utara Haifa, Israel, (25/11).
Foto: Reuters
Sebuah bukit terbakar di kawasan utara Haifa, Israel, (25/11).

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Seorang anggota Parlemen Israel keturunan Palestina, Jamal Zahalka, menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, berusaha mencapai keuntungan politik dalam musibah yang sedang mereka alami, kebakaran hutan.

Tuduhan tersebut dia layangkan setelah adanya rentetan pernyataan Netanyahu dan anggota koalisinya yang menyalahkan minoritas Arab di Israel dan juga Palestina dalam kebakaran yang melanda Israel sejak Selasa (22/11) kemarin. "Para menteri Israel tidak hanya menyalahkan Palestina yang memicu kebakaran, tapi Netanyahu, Perdana Menteri, dan Aryeh Deri, Menteri Urusan Internal, berencana mencabut kewarganegaraan orang yang menyalakan api," kata Jamal Zahalka, anggota Parlemen dari Joint List, koalisi partai-partai politik Palestina Arab dan pemimpin faksi Balad, dikutip dari Aljazirah.

Zahalka meyakini Netanyahu menargetkan warga Palestina. Padahal mereka tidak pernah menuduh sebaliknya ketika keluarga Dawabsheh terbakar satu tahun lalu.

Netanyahu mengatakan pada Kamis (24/11) waktu setempat, bahwa kebakaran yang terjadi itu merupakan unsur-unsur permusuhan yang besar terhadap Israel. Atas pernyataan tersebut Zahalka menyebut Netanyahu sedang mencari popularitas.

“Dia ingin mengubah berita utama di media Israel. Orang-orang mulai mengatakan bahwa dia tidak mempersiapkan pasukan tembakan Israel dan mempersiapkan apa yang diperlukan untuk menanggulangi kebakaran. Itu kegagalan dia,” katanya.

Sejak Selasa (22/11) waktu setempat, angin kencang dan cuaca kering menyebabkan ratusan titik di Israel dan wilayah Palestina yang diduduki Israel terbakar. Puluhan ribu warga diizinkan kembali ke rumah mereka di Haifa pada Jumat (25/11) waktu setempat, setelah dievakuasi pada hari sebelumnya. Akan tetapi si jago merah mengamuk di sekitar Yerusalem, bagian utara Israel dan bagian dari West Bank yang diduduki pada Jumat (25/11) tersebut.

Di Nataf, Bagian Barat Yerusalem, warga dievakuasi setelah api mulai meluas. Pemadaman tersebut dibantu dari udara oleh Siprus, Prancis, Inggris, Turki, Italia, Rusia, dan Amerika Serikat. Bahkan pemadam kebakaran dari Palestina juga turut membantu memadamkan kobaran api yang semakin meluas itu.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement