REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu inisiator Car Free Day (CFD), Alfred Sitorus, murka dengan adanya aksi parade kebudayaan (Aksi 412) yang digelar di Bundaran HI, Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (4/12). Pasalnya, acara parade kebinekaan tersebut terdapat kepentingan politik.
"Saya luruskan, terkait dengan peraturan pelaksanaan CFD. Banyak sekali regulasi yang ditabrak oleh penyelenggara. Salah satunya yang tertuang di pasal, tidak boleh dilakukan kepentingan parpol," ujar Alfred saat ditemui di sela acara CFD dengan nada tinggi.
(Baca: Parade kebudayaan diwarnai atribut partai)
Ia pun menyesalkan adanya kegiatan parade budaya tersebut. Pasalnya, kegiatan tersebut sudah melenceng dari kesepakatan yang dibangun sebelumnya.
"Kami sangat menyesalkan, kami tidak pernah membatasi, tapi baca dulu regulasinya. Pada prinsipnya kami sekalu inisiator CFD prihatin dan kecewa terhadap pelaksanaan kegiatan yang bercampur parpol itu," ucap dia.
(Baca: Peserta aksi parade dapat bayaran berbeda-beda)
Ia mengatakan, saat meresmikan pembuatan website Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat pun juga turut mengatakan agar CFD tidak boleh dijadikan untuk politik praktis. Namun nyatanya, larangan tersebut telah dilanggar.
"Djarot sudah mengatakan, CFD tak boleh digunakan untuk politis praktis. Dan, ini bentuk kekecewaan kami. Siapa yang ngasih sanksi, apakah KPU atau Bawaslu, itu harus," kata dia.
• Warga yang CFD kesal dengan aksi 412
• Usai aksi 412, sampah berserakan dan taman rusak parah
Sebelumnya diberitakan, massa aksi 412 tampak berkumpul di Bundaran Hotel Indonesia (HI) dengan menggunakan berbagai atribut partai. Mereka berkumpul dalam rangka mengikuti Aksi Kebinekaan.
Berdasarkan pantauan di lokasi, dalam aksi tersebut, bendera Partai Golkar tampak mendominasi. Selain itu, tampak juga bendera PPP dan Partai Nasdem. Pimpinan ketiga partai itu pun juga hadir di lokasi.