REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kementerian Pariwisata menargetkan bisa menarik satu hingga dua juta wisatawan mancanegara dari wisata halal pada 2017. Kepala Bidang Investasi Kementerian Pariwisata Hengky Manurung mengatakan wisata halal tak lagi menyasar wisatawan dengan segmen agama tertentu tapi sudah dikembangkan menjadi gaya hidup.
Optimisme ini juga ditopang prestasi Indonesia yang menyabet 12 juara dari 16 kategori yang dilombakan dalam World Halal Tourism Award 2016. "Kita sedang mengembangkan wisata halal di 12 kota di Indonesia," kata Hengky pada Kamis (9/12) di Malang.
Beberapa kota yang dikembangkan menjadi destinasi wisata halal di antaranya Aceh, Jakarta, dan Lombok. Bali dan Sulawesi Selatan juga menjadi sasaran pengembangan wisata halal. Menurut Hengky, di Bali sudah mulai bermunculan hotel-hotel halal. Bahkan predikat World's Best Family Friendly Hotel tahun ini jatuh ke The Radhana Kuta Bali.
Wisatawan Timur Tengah merupakan sasaran yang dibidik dalam wisata halal. Saat ini jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke kota wisata halal masih berkisar antara 600 ribu sampai satu juta per tahun. Sebanyak 300 ribu di antaranya berasal dari Timur Tengah.
"Wisata halal bukan hanya menyangkut soal kuliner, tapi juga fasilitas selama berwisata memudahkan wisatawan beribadah dengan ketersediaan mushala dan Alquran," kata Hengky.
Hengky berpendapat tidak ada kendala berarti dalam mengembangkan wisata halal di tanah air. Masalah utama adalah menyadarkan investor pentingnya menguatkan citra halal dalam mengembangkan bisnisnya. "Malaysia dan Jepang sedang menggencarkan wisata halal, jangan sampai kita yang negaranya mayoritas Muslim tertinggal dari mereka," ujarnya.