REPUBLIKA.CO.ID,ISTANBUL -- Dua ledakan, satu diduga bom bunuh diri, menewaskan sedikitnya 15 orang di luar sebuah stadion sepak bola di Istanbul pada Sabtu (10/12).
Serangan itu tampaknya menarget jam-jam jaga polisi setelah pertandingan antara dua tim teratas Turki.
Presiden Tayyip Erdogan menggambarkan ledakan di luar Vodafone Arena, kandang tim sepak bola Besiktas Istanbul, sebagai serangan teroris terhadap polisi dan warga sipil. Dia mengatakan tujuan pengeboman itu, tak lama setelah pertandingan yang dihadiri oleh ribuan orang berakhir, telah menyebabkan korban dalam jumlah maksimum. "Tidak ada yang harus meragukan bahwa ini adalah kehendak Allah, kita sebagai negara dan bangsa akan mengatasi teror, organisasi teroris ... dan kekuatan di belakang mereka," kata Erdogan dalam sebuah pernyataan.
Serangan itu mengguncang bangsa penggila sepak bola tersebut, yang masih berusaha untuk pulih dari serangkaian pemboman mematikan tahun ini di sejumlah kota, termasuk Istanbul dan ibukota Ankara. Kelompok ISIS dan gerilyawan Kurdi dituding mendalangi bom tersebut.
Seorang pejabat senior, mengutip informasi dari kementerian kesehatan, mengatakan 15 orang tewas dan 69 luka-luka. Tiga sumber keamanan terpisah sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa setidaknya 13 orang tewas. "Kondisinya seperti neraka. Api menyebar sampai ke langit. Saya sedang minum teh di kafe sebelah masjid," kata Omer Yilmaz, yang bekerja sebagai pembersih di Masjid Dolmabahce yang terletak di dekatnya, tepat di seberang jalan dari stadion tersebut. "Orang-orang bersembunyi di bawah meja, perempuan mulai menangis. Penggemar sepak bola yang minum teh di kafe mencari perlindungan, itu mengerikan," katanya.
Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu mengatakan salah satu ledakan terjadi di luar stadion, sementara pembom bunuh diri diduga menyerang di taman Macka yang lokasinya berdekatan. Sebelumnya, ia mengatakan indikasi awal menunjukkan bom mobil yang menarget sebuah bus polisi bertanggung jawab untuk salah satu ledakan.
Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab. ISIS, kelompok Kurdi dan kelompok kiri telah melakukan serangan bom di Turki sebelumnya. Anggota NATO adalah bagian dari koalisi pimpinan AS untuk melawan ISIS di Suriah, dan memerangi pemberontakan oleh milisi Kurdi di tenggara negara tersebut.