Ahad 11 Dec 2016 19:19 WIB

Pasien Penyakit Kronis Kurang Patuh

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Andi Nur Aminah
Seorang pasien penderita diabetes tengah menyuntikkan obat insulin.
Foto: AP/Reed Saxon
Seorang pasien penderita diabetes tengah menyuntikkan obat insulin.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tingkat kepatuhan pasien penderita penyakit kronis terbilang rendah. Banyak di antara mereka yang mengabaikan pantangan serta jadwal mengecek kesehatan. Hal ini disampaikan Kepala UPT Puskesmas Talaga Bodas, Siska Gerfianti dalam diskusi Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis), Sabtu (10/12).

Menurutnya, penyakit kronis yang paling banyak diderita masyarakat Indonesia adalah diabetes dan hipertensi. Penyakit tersebut termasuk lima penyakit yang menimbulkan kematian terbanyak.  "Di Indonesia angka diabetes dan hipertensi naik terus. Sekarang 10 juta yang tercatat dengan kebanyakan penderitanya lansia," kata Siska.

Lansia penderita diabetes dan hipertensi pun kebanyakan tingkat kepatuhannya tergolong rendah. Karena itu, penyakitnya justru lebih memburuk. Salah satunya dalam mengonsumsi obat yang harus diminum setiap hari bagi penderitanya.

"Diabetes dan hipertensi mereka harus makan obat seumur hidup. Tapi saya bahkan pernah punya pasien yang obatnya enggak diminum. Ada sembilan jenis dia jejerin rapi di toples tapi enggak diminum dengan berbagai alasan," ujarnya.

Selain itu, Siska menilai pasien diabetes dan hipertensi tidak rutin memperiksakan kondisinya. Mereka hanya datang ke puskesmas atau rumah sakit saat penyakitnya memburuk.

Banyak faktor yang disebut Siska menjadi penyebab kepatuhan pasien rendah. Di antaranya kurang pengetahuan dan biaya. Menurutnya, banyak pasien yang tidak paham pentingnya minum obat dan pemeriksaan rutin. Padahal kedua penyakit tersebut harus rutin dijaga agar tidak memburuk.

"Dari segi biaya mereka merasa sayang beli obat sama periksa rutin. Lebih baik uangnya buat jajan cucu katanya," ujarnya.  

Oleh karena itu ia selalu menyosialisaskan prolanis sebagai program unggulan puskesmas. Sehingga pasien tidak perlu jauh-jauh ke rumah sakit. Untuk biaya juga ada tanggungan BPJS.

Prolanis merupakan program layanan kesehatan untuk penderita diabetes dan hipertensi. Peserta prolanis akan diberi edukasi tentang penyakit kronis secara menarik.

"Pasien-pasien saya bikinkan klub, ada grup whatsapp-nya biar semangat. Rajin ikut edukasi, ada senam sehat. Saya adakan kelas buat beri pemahaman tentang penyakit diabetes atau hipertensi. Jadi mereka tahu kenapa enggak boleh makan ini enggak boleh itu," tuturnya.

Ia pun berharap masyarakat dapat memanfaatkan layanan ini. Dengan mendaftar ke puskesmas terdekat di wilayah masing-masing.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement