Rabu 14 Dec 2016 17:41 WIB

Saran Ahli ITB untuk Konstruksi Bangunan di Pidie Jaya ke Depan

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Dwi Murdaningsih
 Bangunan Masjid yang ambruk akibat gempa di Pidie Jaya, NAD, Kamis (8/12).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Bangunan Masjid yang ambruk akibat gempa di Pidie Jaya, NAD, Kamis (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Material berpengaruh terhadap ketahanan suatu bangunan. Begitu pula untuk daerah-daerah yang rawan gempa memiliki karakteristik bangunan khusus. Seperti apa bangunan yang cocok untuk rumah di Kabupaten Pidie Jaya pascagempa? Guru Besar bidang Rekayasa Struktur Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB), Iswandi Imran mengatakan tidak mempermasalahkan penggunaan material beton, baja, ataupun kayu dalam pembangunan gedung atau rumah kedepan pasca gempa di Kabupaten Pidie Jaya Aceh beberapa waktu lalu.

Sebab, menurutnya, masing-masing jenis bahan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. "Di daerah sana (sering) gempa besar, mau pakai baja, beton nggak ada masalah atau pakai kayu. Masing-masing jenis bahan tadi ada kelebihan dan kekurangan," ujarnya kepada Republika.co.id saat dihubungi, Rabu (14/12).

Menurutnya, kebanyakan bahan material bangunan yang roboh akibat gempa di Pidie Jaya, Aceh merupakan beton bertulang. Dimana, beton relatif berat dan jika terjadi gempa maka kontribusinya besar (roboh). Ia menuturkan, bahan yang banyak dan populer digunakan di Indonesia dalam pembangunan bangunan adalah beton. Padahal beton terbilang gampang pecah atau getas.

"Jadi beton itu secara natural sifatnya getas supaya tidak getas maka beton harus diikat ada tulangan cincin," katanya.