Jumat 16 Dec 2016 14:18 WIB

Iqbal: Ahok Harus Segera Minta Maaf ke Masyarakat Sulsel

Anggota DPD RI asal Sulawesi Selatan, AM Iqbal Parewangi
Foto: Istimewa
Anggota DPD RI asal Sulawesi Selatan, AM Iqbal Parewangi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terdakwa kasus penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kini mendapat desakan dari masyarakat Sulawesi Selatan khususnya etnis Bugis untuk segera minta maaf. Hal itu lantaran saat Ahok membacakan nota keberatannya di dalam persidangan, Selasa (13/12) lalu, ia membawa-bawa nama suku Bugis serta nama Jenderal M Jusuf yang disebutnya sebagai saudara kandung ayah angkatnya, Andi Baso Amir.

Masyarakat Sulawesi Selatan khususnya Suku Bugis dibuat jengah oleh kalimat-kalimat pembelaan tersebut, di saat kasus sidang penistaan agama masih bergulir. Senator asal Sulawesi Selatan AM Iqbal Parewangi berpendapat Ahok harus segera minta maaf dan berjanji untuk berhenti mengusik kesabaran masyarakat.

"Semua ingin Indonesia damai dan Sulawesi Selatan itu Indonesia juga. Nilai-nilai agama dan budaya membuat orang ramah, tapi juga bisa buat orang marah. Dalam Islam ada ghirah dan jihad, sepadan dengan itu orang Sulawesi Selatan punya siri na pacce. Siri na pacce menata keramahan, tapi jika diusik justru bisa memicu kemarahan. Jadi sebelum siri na pacce itu terusik lebih luas, Ahok perlu segera minta maaf," ujar Iqbal kepada Republika.co.id Jumat (16/12).

Permintaan maaf itu perlu dilakukan Ahok karena beberapa hal. Dalam sidang yang disaksikan secara langsung melalui siaran televisi itu, Ahok menceritakan dia adalah bagian keluarga besar Muslim bernama Andi Baso Amir dan sudah diangkat sebagai anak oleh keluarga yang berasal dari Sulawesi Selatan itu. Andi Baso Amir adalah sosok terpandang masyarakat Sulsel yang juga mantan Bupati Bone.

Ahok juga menambahkan jika ayah angkatnya itu adalah adik kandung dari almarhum mantan Pangab Jenderal Purnawirawan M Jusuf. Padahal, jika melihat silsilah keluarga besar ini, antara Jenderal M Jusuf dengan Andi Baso Amir adalah satu ayah namun berlainan ibu.

Penyebutan nama Jenderal M Jusuf ini, kemudian memunculkan reaksi di kalangan masyarakat Sulsel. Berbagai reaksi pun muncul dengan suasana sidang yang diwarnai air mata Ahok. Analis Komunikasi Politik dan Kebangsaan yang juga dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Makassar, Arqam Azikin mengatakan, sebagai terdakwa kasus penistaan agama, Ahok tidak perlu menyebut-nyebut suku Bugis dalam persidangannya.

(Baca Juga: 'Ahok tak Perlu Bawa-Bawa Suku Bugis di Proses Sidang Berikutnya')

Menurut Iqbal, Jenderal Jusuf itu tokoh panutan nasional kebanggaan Indonesia, apalagi orang Sulawesi Selatan. "Beliau berkarakter lempu, tongeng, getteng atau lurus dan jujur, bersih dan benar, juga tegas. Tidak mengalir darah penista dan pendusta dalam nadi beliau. Jenderal Jusuf nasionalis tulen sekaligus religius. Al Markaz al Islami yang megah di Makassar itu inisiatif beliau dan banyak lagi. Indonesia tahu semua itu. Maka wajar saja ketika Ahok yang didakwa menistakan Alquran itu menyebut-nyebut Jenderal Jusuf, spontan protes meluas," kata Iqbal.

Anggota DPD RI ini mengatakan, keluarga Jenderal Jusuf pun sempat kerepotan melayani konfirmasi tentang hal yang di sampaikan kepada keponakannya, Andi Herry Iskandar itu. Iqbal mengatakan, tidak sedikit tokoh masyarakat Sulawesi Selatan, tokoh adat, tokoh pemuda, intelektual dan pendidik, budayawan, hingga orang awam protes dengan klaim Ahok tersebut.

"Saya termasuk diminta menyuarakan protes mereka. Karena itu, agama dan budaya merupakan pilar utama Indonesia. Maka jangan nistakan agama dan jangan kajili-jili mengusik budaya," katanya.

(Baca Juga: Ahok Sebut Nama Jenderal Jusuf di Persidangan, Ini Kata Keponakannya)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement