REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usai sidang perdana terdakwa kasus penistaan agama, Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok, reaksi beragam bermunculan. Tak terkecuali dari masyarakat Sulawesi Selatan lantaran munculnya nama Andi Baso Amir, mantan Bupati Bone yang disebut Ahok sebagai ayah angkatnya, serta menyeret pula nama Jenderal Purnawirawan M Jusuf, mantan Menhankam/Pangab yang disebutnya sebagai saudara kandung dari ayah angkatnya.
Pernyataan Ahok yang melibatkan serta nama keluarga besar Jenderal M Jusuf dinilai tidak pantas. Akademisi FISIPOL Universitas Hasanuddin, Aswar Hasan menilai hal itu tidak pantas karena Ahok telah melakukan upaya manipulasi psikologis komunikasi dengan memposisikan diri sebagai korban atas sangkaan penistaan agama orang yang menyayanginya.
Dalam posisi tersebut, dia mengatakann, Ahok bukanlah korban tapi justru pihak yang telah menyebabkan umat Islam sebagai korban terfitnah. Ahok sedih dan menagis karena merasa dituduh menista agama orang yang disayanginya. "Alasan ini mengesankan bahwa Ahok tidak mungkin atau mana mungkin mau menista Agama orang yang disayanginya. Padahal, sangat mungkin dia baru menyadari, mengapa ia tega menista Agama orang yang disayanginya itu. Sementara keluarga yang agamanya telah ia nista justru tetap menyayanginya. nuansa inilah yang sanga boleh jadi membuat Ahok merasa bersalah hingga menangis," kata Aswar.
Namun demikian, hal yang tidak pantas lagi, Aswar melanjutkan adalah ketika Ahok mengeksploitasi nama besar Jenderal M Jusuf yang dicintai rakyat Indonesia, sebagai saudara kandung ayah angkatnya. Aswar menyatakan, percaya dan yakin sekiranya Jenderal M Jusuf masih hidup, tentu akan sangat marah terhadap Ahok atas ulah sangkaan penistaannya itu.
Aswar mengatakan Jenderal M Jusuf adalah sosok yang taat pada Agama Islam dan menghormati para ulama. "Adalah tidak pantas Ahok telah menyebut-nyebut nama Jenderal M Jusuf dalam upayanya membela diri. Saya sebagai oranmg Islam bersuku Bugis merasa telah terlecehkan oleh ulah Ahok terserbut. Karenanya Ahok sepantasnya minta maaf atas kelancangannya itu," kata Aswar.
(Baca Juga: Ahok Harus Segera Minta Maaf ke Masyarakat Sulsel)
Salah seorang deklarator Komite Komite Perjuangan Penegakan Syariat Islam (KPPSI) Sulsel ini menyatakan tidak rela agama dan nama Bugis dijadikan dalih pembelaan Ahok yang bisa memengaruhi obyektibitas keputusan hakim. "Terlebih jika diposisikan berhadapan dengan para tokoh dan umat Islam selaku penggugat Ahok atas sangkaan penistaan terhadap agama Umat Islam," jelas Aswar.