REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Rusia meminta Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk mendorong gencatan senjata di Suriah. Jika permintaan ini dipenuhi maka akan ini akan menjadi gencatan senjata ketiga kalinya pada tahun ini sejak perang berlangsung selama tiga hari.
"Saya pikir ini akan mudah diakomodasi di dalam draf," kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin, Jumat (30/12).
Pada Kamis, (29/12) Dewan Pertahanan PBB melakukan pertemuan tertutup selama satu jam dengan Turki dan Rusia. Kedua negara tersebut meminta PBB mendorong gencatan senjata di Suriah.
Churkin mengatakan pada Sabtu ini anggota Dewan Pertahanan PBB akan merubah draf pemilihan perang saudara di Suriah. Salah satu diplomat negara Barat yang namanya tidak mau disebutkan mengatakan permintaan tersebut tidak akan segera disetujui. Tapi akan dipelajari dulu selama satu hari.
Bentrokan, ledakan, dan bom udara menghantam wilayah barat Suriah. Ekslasi bentrokan terus meningkat. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan akan ada pembicaraan damai di Astana, Kazakhtan. Media Suriah menulis pertemuan tersebut akan dilangsung secepat mungkin.
Churkin mengatakan pertemuan di Astana tidak akan berbanding lurus dengan pertemuan di Jenewa, Swiss yang telah direncanakan mediator Suriah Staffan de Mistura. Pertemuan di Jenewa rencananya dilaksanakan 8 Febuari. "Yang saya ketahui jika mereka sukses, mereka bisa pindah ke Jenewa," kata Churkin.
Churkin mengatakan sempat ada pertemuan dengan tujuh orang yang mewakili 60 ribu pemberontak. Dan perwakilan pemberontak juga dipersilahkan untuk ikut dipertemuan Astana.
"Siapa pun yang ingin ikut serta bernegosiasi dengan pemerintah, siapa pun walau oposisi tapi serius siap bernegosiasi dengan pemerintah, mereka akan disambut di Astana, jadi lihat saja nanti," katanya.