Rabu 11 Jan 2017 16:20 WIB

68 Hektare Lahan Cabai di Kabupaten Bandung Terserang Hama

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Nur Aini
Kebun cabai (ilustrasi)
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Kebun cabai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Dinas Pertanian Kabupaten Bandung mengungkapkan sebanyak 68 hektare lahan tanaman cabai terserang hama jenis phytopthora, Spodoptera, Thrips, Antraknose dan Fusarium. Sementara itu, 70 hektare lahan lainnya terancam terkena serangan hama dengan jenis yang sama.

Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Ir Jumhana mengatakan akibat anomali iklim yang terjadi menyebabkan tanaman cabai memiliki kelembaban yang tinggi. Kondisi tersebut membuat organisme penganggu tanaman tumbuh.

"Banyak di Kabupaten Bandung tanaman cabai dan cabe rawit terserang hama patek," ujarnya kepada Republika.co.id saat ditemui di kebun Sabilulungan, Rabu (11/1).

Ia menuturkan, total luas lahan tanaman cabai mencapai 290 hektare. Total luas tersebut tersebar di Ciwidey terdapat 21 hektare, Rancabali 40 ha, Pasirjambu 18 ha, Kertasari 60 ha, Paseh 4 ha, Rancaekek 7 ha, dan Cikancung 70 ha.

Dia menuturkan, upaya petani terus melakukan penyemprotan terhadap hama-hama tersebut. Namun, untuk penyelamatan langkah yang dilakukan dengan memanen Cabai dari waktunya. Sebab jika terserang hama patek harus dicabut. "Kalau terserang patek itu mah harus dicabut. Jangan sampai menular ke lain. Patek susah pengendaliannya. Itu membuat suplai dan demand pincang sehingga harga naik," ungkapnya.

Jumhana menambahkan pihaknya mendorong budidaya pertanian harus ramah lingkungan. Di mana, penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia dikurangi dan diganti dengan pupuk organik atau pestisida nabati dan hewani.

Sehingga, menurutnya diharapkan kualitas hasil lebih bagus dan mengurangi kerusakan tanah. Pihaknya juga pada 2017 memiliki seksi baru yang menangani pengendalian hama penyakit. "Kuncinya kalau tanaman terlindungi produksi tidak akan berkurang. Kemarin ada anomali cuaca sehingga produksi terganggu dan harga jadi naik," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement