REPUBLIKA.CO.ID MATARAM -- Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Kasar Ansori memproyeksikan jumlah pemilih pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) di NTB 2018 mencapai 3,9 juta orang. Angka ini meningkat sekitar 400 ribu dari pemilu pada 2014 lalu sebesar 3,5 juta.
"Ini termasuk pemilih pemula dan pensiunan TNI/Polri," katanya di Kantor Gubernur NTB, Kota Mataram, NTB, Rabu (18/1). KPU NTB menargetkan tingkat partisipasi pemilih nanti mampu mencapai 75 persen, atau naik dari 2014 yang sebesar 70 persen. Jika menilik pemilu yang lalu, Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Tengah tercatat sebagai dua wilayah dengan partisipasi pemilih terendah pada 2014 lalu.
"Pada 2014, Mataram itu hanya 55 persen, dan Lombok Tengah hanya 50 persen," lanjutnya. Ia menjelaskan, model demokrasi di Indonesia tidak bisa disamakan dengan negara lain seperti Australia yang memberikan denda bagi warganya yang tidak memilih. Di Indoneisa, kesadaran aktif dan partisipasi masing-masing warga memegang peran penting. "Betul-betul kesadaran aktif, tisak ada paksaan sehingga kita berharap ada peningkatan," paparnya.
Ia menilai, rendahnya jumlah pemilih di kawasan perkotaan seperti Kota Mataram, ditengarai dampak dari semakin kritisnya sikap warga terhadap calon pemimpinnya. "Artinya karena kesadaran politik orang tidak memilih, atau karena dimobilisasi orang bisa memilih, ini yang harus kita perbaiki," katanya.