REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, memberlakukan siaga I dalam menghadapi banjir Bengawan Solo. Kondisi itu terkait dengan ketinggian air di Bojonegoro yakni 13,50 meter, pada Kamis (19/1) pukul 06.00 WIB. "Bojonegoro masuk siaga I sejak pukul 24.00 WIB dengan ketinggian air 13,10 meter," kata Pandu, petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro.
Namun, menurut petugas lainnya Budi Hendro, kenaikan air Bengawan Solo di daerah hilir Jawa Timur, tidak akan berlangsung lama karena banjir Bengawan Solo di Ngawi sudah mulai surut sejak sehari lalu. "Sepanjang hari ini tidak ada tambahan air hujan kenaikan air Bengawan Solo di hilir tidak berlangsung lama," ucapnya menegaskan.
Sesuai data menyebutkan di daerah hilir Bojonegoro mulai masuk siaga I dengan ketinggian 13,10 meter, pukul 24.00 WIB. Kemudian naik menjadi 13,50 meter pukul 06.0 WIB.
Dalam waktu bersamaan ketinggian air Bengawan Solo di Ndungus, Ngawi, mulai surut menjadi 6,80 meter. Sebelumnya sempat mencapai titik tertinggi 7,95 meter, Rabu (18/1) pukul 12.00 WIB.
Begitu pula di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, di daerah hulu Kota Bojonegoro juga turun menjadi 27,00 meter.
Tetapi ketinggian air di hilirnya mulai Babat, Laren, Karanggeneng, dan Kuro, Lamongan, masih cenderung naik masing-masing 7,15 meter, 4,96 meter, 3,80 meter dan 1,74 meter, pukul 06.00 WIB.
"Kami minta tim penanggulangan kecamatan meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan akibat meluapnya Bengawan Solo," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Andik Sudjarwo menegaskan.
Seorang warga Desa Temu, Kecamatan Kanor, Bojonegoro Hadi menambahkan petani di sejumlah desa di bantaran Bengawan Solo, antara lain, Desa Temu, Sumberwangi, Prigi, Kecamatan Kanor, kembali menanam tanaman padi. Petani lainnya yang juga menanam tanaman padi, lanjut dia, di Desa Sembunglor, Pomahan dan Karangdayu, Kecamatan Baureno.
Petani di daerah setempat menanam tanaman padi lagi setelah tanaman padi yang ditanam rusak terendam air banjir luapan Bengawan Solo awal Desember 2016. "Ya, jelas sama tanaman padi di sejumlah desa itu rawan terendam air banjir Bengawan Solo," kata dia yang juga menanam tanaman padi sekitar satu hektare yang sekarang usianya hampir sebulan.