Kamis 19 Jan 2017 10:17 WIB

DDII: Umat Islam tidak Mungkin Abaikan Kebinekaan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bayu Hermawan
Ketum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Muhammad Siddik bersama tim DDII bertemu tim redaksi Republika di Kantor Republika, Jumat (16/12).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ketum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Muhammad Siddik bersama tim DDII bertemu tim redaksi Republika di Kantor Republika, Jumat (16/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Mohammad Siddiq menegaskan, tuduhan tidak Bhineka Tunggal Ika ke umat Islam sangat tidak tepat. Sebab, kebinekaan sendiri sudah tertera jelas dalam Alquran dan jadi kewajiban Muslim menjalaninya.

"Kebinekaan itu ada di Alquran, itu sudah jelas, umat Islam tidak mungkin mengabaikan kebinekaan," katanya di rapat pleno Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, Rabu (18/1).

Siddiq melihat yang sebenarnya terjadi saat ini semua aspek sudah dikendalikan kapitalisme. Hal itu membuat selalu ada aspirasi mayoritas yang akan mendapatkan tuduhan-tuduhan.

Untuk itu, ia meminta umat Islam tidak lagi ditekan dengan berbagai tuduhan, apalagi yang berkaitan dengan kebangsaan seperti makar, tidak NKRI, apalagi tidak Pancasila. Terlebih, tuduhan-tuduhan itu tega dilancarkan kepada umat Islam, demi memberikan pembelaan atas suatu kasus penistaan agama.

Senada dengan itu, Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin berandai-andai bila kasus penistaan agama bisa diselesaikan sejak awal, mengingat MUI sudah mengeluarkan fatwa. Ia merasa, situasi dan kondisi bangsa tidak akan bergejolak seperti sekarang, dengan umat Islam yang tertekan dan tertuduh.

"Jika kasus yang terjadi di Pulau Seribu sejak awal diselesaikan, tidak akan seperti ini," ujarnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
لَيْسَ عَلَى الْاَعْمٰى حَرَجٌ وَّلَا عَلَى الْاَعْرَجِ حَرَجٌ وَّلَا عَلَى الْمَرِيْضِ حَرَجٌ وَّلَا عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ اَنْ تَأْكُلُوْا مِنْۢ بُيُوْتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اٰبَاۤىِٕكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اُمَّهٰتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اِخْوَانِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اَخَوٰتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اَعْمَامِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ عَمّٰتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اَخْوَالِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ خٰلٰتِكُمْ اَوْ مَا مَلَكْتُمْ مَّفَاتِحَهٗٓ اَوْ صَدِيْقِكُمْۗ لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَأْكُلُوْا جَمِيْعًا اَوْ اَشْتَاتًاۗ فَاِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوْتًا فَسَلِّمُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُبٰرَكَةً طَيِّبَةً ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ ࣖ
Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudara-saudaramu yang perempuan, di rumah saudara-saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara-saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara-saudara ibumu yang laki-laki, di rumah saudara-saudara ibumu yang perempuan, (di rumah) yang kamu miliki kuncinya atau (di rumah) kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendiri-sendiri. Apabila kamu memasuki rumah-rumah hendaklah kamu memberi salam (kepada penghuninya, yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi Allah. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(-Nya) bagimu, agar kamu mengerti.

(QS. An-Nur ayat 61)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement