Skuad gerilyawan Viet Cong menyerang Kedutaan Besar AS di Saigon dalam Perang Vietnam pada 31 Januari 1968. Prajurit merebut Kedubes AS dan menguasainya selama enam jam sampai pasukan terjun payung AS mendarat dengan helikopter di atap bangunan.
Dilansir dari History, serangan yang dinamai Operasi Tet itu merupakan serangan besar dan tiba-tiba, yang juga dilakukan tentara Viet Cong di kota-kota besar Vietnam Selatan. Tet merupakan perayaan tahun baru di Vietnam, yang secara tradisional digunakan untuk menghentikan sementara pertempuran.
Pada Desember 1967, setelah terjadi serangan terhadap pangkalan Angkatan Laut AS di Khe Sanh, 50 ribu tentara Amerika dikirim ke wilayah itu, sehingga wilayah lain lemah penjagaan. Kelengahan ini dimanfaatkan gerilyawan Viet Cong untuk melaksanakan Operasi Tet, dengan menyerang Saigon, Hue, dan 100 kota lainnya.
Secara teknis, Operasi Tet adalah bencana bagi sekutu meski mereka cepat merebut kembali wilayah yang diduduki Viet Cong. Serangan itu kemudian membawa pihak komunis ke pintu kemenangan perang.
Presiden AS Lyndon Johnson merasa frustrasi atas ketidakmampuannya mencapai solusi di Vietnam. Jenderal William Westmoreland, komandan pasukan AS di Vietnam, meminta tambahan 206 ribu tentara untuk menghabisi pasukan musuh yang melemah. Johnson menolak permintaan Westmoreland dan menggantinya dengan General Creighton Abrams.
Pada Mei 1968, AS dan Vietnam Utara mulai melakukan perundingan damai di Paris dan mencapai kesepakatan formal pada Januari 1973. Pertempuran antara Vietnam Utara dan Selatan akhirnya berakhir pada 30 April 1975, ketika Saigon jatuh ke tangan komunis dan prajurit Amerika terakhir meninggalkan Vietnam.
Selanjutnya: 91 Orang Tewas dalam Bom Bunuh Diri Sri Lanka