REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kota Semarang berupaya melestarikan tanaman Mangrove (bakau) melalui wisata edukasi Maroon Mangrove Edu Park di Desa Tapak, Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu.
"Tujuan utama didirikannya wisata ini untuk menunjang edukasi pengunjung terkait melestarikan kawasan mangrove," kata Ketua Pengelola Maroon Mangrove Edu Park Rusmadi di Semarang, Ahad (6/2).
Rusmadi mengatakan wisata tersebut terdiri dari beberapa macam tanaman bakau di antaranya Rhizophora Mucronata yang buahnya bisa digunakan sebagai cat pewarna batik, Avicennia Marina yang buahnya bisa digunakan sebagi kripik dan tepung.
"Selain itu ada pula Acanthus Ilicifolius L yang daunnya bisa dijadikan teh," katanya.
Dia mengatakan bahwa wisata tersebut telah ramai didatangi pengunjung meskipun baru diresmikan bulan Maret tahun lalu. Pengunjung yang datang berasal dari dalam dan luar kota.
"Kalau hari biasa, pengunjungnya berkisar 50 sampai 100 orang. Sedangkan kalau hari libur, pengunjungnya bisa mencapai 500 orang," katanya.
Rusmadi mengatakan bahwa setiap pengunjung akan dikenai biaya masuk sebasar Rp 5.000 guna ditukarkan dengan dua buah bibit pohon bakau. Dua bibit tersebut, lanjutnya, diberikan kepada pengunjung untuk ditanam di lahan yang sudah disiapkan.
Selanjutnya, pengunjung yang berkenan menanam akan didampingi dan diarahkan oleh pengelola setempat, sedangkan yang tidak berkenan dibolehkan tidak menerima bibit tersebut.
"Ada yang mau menanam, tapi ada juga yang tidak mau karena takut kotor. Bagi yang menanam akan kami beritahu caranya bagaimana. Menanamnya tidak asal-asalan, harus ditata rapat agar bisa menjadi hutan bakau," katanya.
Rusmadi mengaku hingga saat ini tidak pernah mempromosikan objek wisata tersebut. Para pengunjunglah yang mengajak teman mereka ke destinasi tersebut atau mereka mempromosikan dengan memosting foto-foto tempat tersebut di media sosial.