Rabu 08 Feb 2017 17:29 WIB

'Jika AS-Cina Berkonflik, Kedua Negara akan Kalah'

Menlu Australia Julie Bishop dan Menlu China Wang Yi bertemu di Parliament House di Canberra, 7 Februari 2017.
Foto: AAP
Menlu Australia Julie Bishop dan Menlu China Wang Yi bertemu di Parliament House di Canberra, 7 Februari 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi memperingatkan jika terjadi konflik antara negaranya dengan Amerika Serikat atas Laut Cina Selatan maka kedua pihak akan sama-sama kalah. Dalam konferensi pers bersama Menlu Australia Julie Bishop di Canberra, Menlu Wang mengatakan Cina akan terus fokus pada upaya diplomatik dalam menyelesaikan sengketa teritorial di wilayah tersebut.

Dia ditanya kemungkinan terjadi perang, mengingat retorika agresif yang ditujukan ke Cina oleh Presiden Donald Trump dan beberapa penasihatnya. "Bagi politikus yang waras, mereka jelas mengakui tidak boleh terjadi konflik antara Cina dan Amerika Serikat karena kedua negara akan kalah. Dan kedua belah pihak tidak bisa menanggung hal itu," katanya.

Menlu Wang mengatakan hubungan AS-Cina telah melewati "segala macam kesulitan" selama puluhan tahun, dan merujuk pernyataan terbaru Menteri Pertahanan AS James Mattis mengenai pentingnya memberikan prioritas bagi upaya-upaya diplomatik.

"Apa yang kami perhatikan adalah pernyataan kebijakan resmi, yang dikeluarkan pemerintahan itu setelah pelantikan, bukan retorika kampanye, bukan pernyataan yang dibuat beberapa tahun lalu," kata Menlu Wang.

Cina dituduh melakukan militerisasi dengan membangun lapangan terbang dan memperluas pulau-pulau buatan di wilayah itu. Namun Cina bersikukuh memiliki hak atas wilayah yang dipersengketakan.

Menlu Bishop mengatakan posisi Australia atas sengketa itu tidak berubah. "Australia tidak memihak pada persaingan klaim teritorial. Kami memiliki kepentingan besar dalam perdagangan bebas hambatan dan perdamaian regional, kebebasan navigasi dan kebebasan penerbangan, serta menghormati hukum internasional," katanya.

Tapi dia mengungkapkan telah membahas wilayah itu dengan Menlu AS yang baru Rex Tillerson pada Selasa pagi. "Kami membahas pentingnya menjaga kepatuhan terhadap aturan internasional, dimana banyak negara, termasuk Cina dan negara-negara lain di kawasan kita, mampu tumbuh dan berkembang," katanya.

Menlu Wang juga mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Malcolm Turnbull, menandakan Pemerintah menganggap penting hubungan dengan Cina dalam situasi yang diakui kedua negara sebagai penuh ketidakpastian.

Tentang TPP

Dalam pembicaraan resmi mereka, kedua Menlu ini sepakat memperdalam hubungan strategis dan ekonomi, dan mengembangkannya di atas Perjanjian Perdagangan Bebas sudah dicapai antara kedua negara. Menlu Bishop mengundang Menlu China untuk mempertimbangkan "peluang" bagi Cina dalam Trans Pacific Partnership (TPP), apalagi karena sekarang AS telah resmi menarik diri dari TPP.

"Saya hanya bisa berbicara atas nama Australia. 11 negara lain telah menunjukkan kesediaan mereka untuk terus mewujudkan prinsip-prinsip di balik TPP," kata Menlu Bishop.

Format TPP dalam bentuknya yang sekarang tak bisa lanjut tanpa keikutsertaan Amerika Serikat, dan respon Menlu Wang cukup berhati-hati. Dia mengisyaratkan meskipun Pemerintah Cina ingin perdagangan bebas di Asia Pasifik, negara itu memiliki keraguan tentang prinsip-prinsip yang mendasari TPP.

"Seharusnya semua standarnya bukan ditetapkan oleh satu atau beberapa pihak saja lalu meminta negara lain untuk menerima standar itu. Harus terbuka dan inklusif dan tidak mengejar kelompok kecil," katanya.

Pemerintah Cina bekerja sama dengan ASEAN terkait kesepakatan perdagangan regional, yang dikenal sebagai Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). "Kami siap untuk bekerja sama dengan Australia untuk memajukan inisiatif RCEP," kata Menlu Wang.

Diterbitkan Pukul 11:00 AEST 8 Februari 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/tak-akan-ada-konflik-antara-china-dan-as/8251036
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement