REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Manajemen Lembaga Amil Zakat (LAZ) diminta menerapkan prinsip profesional dan modern. Pengelolaan yang profesional dinilai sangat penting untuk memfasilitasi para muzaki yang jumlahnya terus meningkat.
Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf mengatakan, manajemen zakat harus meneladani sifat Rasulullah, yakni shiddiq (terpercaya), amanah (accountable/ bisa dipercaya), tabligh (menyampaikan komunikatif), dan fathonah (cerdas) dalam membaca situasi.
Ia mencontohkan, promosi agar masyarakat aktif berzakat bisa dilakukan melalui aplikasi ponsel pintar. Terlebih mengingat orang kaya waktunya sangat sempit. Pembayaran zakat melalui ponsel bisa lebih efektif.
Berdasar data yang diperoleh Pemprov, potensi zakat sangat besar. Potensi zakat di Jatim bisa mencapai Rp 30 triliun. Namun selama ini penghimpunan yang dilakukan lembaga zakat tergolong masih rendah. Pada 2015 zakat yang terhimpun baru Rp 3,7 triliun.
“Oleh karena itu kita harus melakukan motivasi dengan melakukan usaha-usaha lebih nyata, sehingga diharapkan potensi zakat lebih baik. Seiring dengan kesejahteraan umat Islam, saya percaya potensi zakat akan lebih besar, karena tujuan pengelolaan zakat untuk mengentas kemiskinan,” kata Wagub yang akrab disapa Gus Ipul tersebut saat membuka Konferensi Zakat Nasional, di Hotel Oval Jl Diponegoro Surabaya, Rabu (8/2).
Gus Ipul menilai, semua organisasi pengelola zakat, baik LAZ maupun BAZ sudah mencoba terus memperbaiki manajemen organisasi. Terlebih SDM yang terlibat mayoritas berusia muda, berpenampilan menarik, dan beretika. Kelebihan itu membuat masyarakat lebih percaya. Apalagi bila hal itu ditunjang oleh penguasaan yang baik terhadap sarana dan prasarana teknologi informasi.
“Ke depan saya minta ditingkatkan. Oleh karena itu saya menyambut baik gagasan Forum Zakat untuk mensertifikasi SDM yang ada dan membuat Standar Operasional (SOP), supaya bisa berstandar internasional,” harapnya.
Oleh sebab itu, Gus Ipul mengaku mendukung upaya Kementerian Agama yang menetapkan target paling lambat pada 2018 semua Badan Amil Zakat sudah memiliki sasaran yang jelas, lengkap dengan nama dan alamat. “Meski 10 orang tidak apa-apa tapi jelas sasarannya daripada 100 sasaran tapi datanya tidak konkrit. Sehingga penanganannya tidak tumpang tindih antara LAZ satu dengan yang lain,” ujarnya.