Kamis 09 Feb 2017 00:06 WIB

Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) Bentuk Petani Mandiri

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Winda Destiana Putri
Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) Bentuk Petani Mandiri.
Foto: Dok: APP Sinarmas
Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) Bentuk Petani Mandiri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rangka membantu Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan, Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas melakukan berbagai program, salah satunya Desa Makmur Peduli Api (DMPA). Program ini diharapkan mampu memperbaiki kebiasaan masayarakat dalam hal pengelolaan lahan tani tanpa melakukan pembakaran lahan.

Salah satu mitra perusahaan APP Sinar Mas yang turut digandeng dalam program ini, PT Bumi Andalas Permai (BAP), turut berperan dalam memasok bahan baku pulp dan kertas. Tak lupa, petani dari Kecamatan Air Sugihan juga turut digandeng agar dapat melakukan kerjasama Pemanfaatan Tanaman Kehidupan.

"20 persen lahan konsesi dari lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) perusahaan dikelola masyarakat Kecamatan Air Sugihan," terang Social and Comodity Development PT BAP, Iwan Hendri Rabu (8/2).

Pengelolaan yang melibatkan petani lokal ini diharapkan dapat mendorong kemandirian petani dalam memanfaatkan tanaman kehidupan. Dengan begitu aksi pembakaran lahan juga diharapkan terhenti.

Pada 2016 lalu, program DMPA menggunakan jenis tanaman jagung dan padi. Kala itu, program DMPA diikuti cukup banyak kelompok Maju Tani. Kelompok-kelompok tersebut ialah satu kelompok dari Kelompok Distrik Air Sugihan Desa Bukit Batu, satu kelompok dari Kelompok Maju Tani Distrik Simpang Heran, Desa Banyu Biru, empat kelompok dari Kelompok Maju Tani Distrik Desa Kampung Bagan Rame serta empat kelompok dari Kelompok Maju Tani Distrik Sungai Batang.

Sejauh ini, program DMPA telah berhasil mendorong adanya perubahan positif. Salah satunya, Kelompok Distrik Air Sugihan Desa Bukit Batu (24 Kepala Keluarga) yang semula hanya menggarap lahan pemberian pemerintah seluas 2 hektar dapat menanam jagung di lahan seluas 24 hektar melalui konsesi lahan dari PT. BAP. Lahan tersebut dibagi dengan luas 1 hektar untuk satu orang anggota kelompok DMPA.

Bibit jagung yang ditanam pada Mei 2016 lalu sudah dipanen pada September 2016 dengan jumlah 2,4 ton per hektar. Pada 2017 ini, kelompok Maju Tani juga akan kembali memetik hasil panen untuk dijual ke pengepul di desa masing-masing.

Perubahan yang dibawa oleh program DMPA dinilai Ketua Kelompok Maju Tani Distrik Air Sugihan Desa Bukit Batu, Jamin, tak hanya membantu warga di desanya mendapatkan pemasukan tambahan. Lebih dari itu, Jamin mengaku warga di desanya juga menjadi lebih mandiri dalam mengelola lahan yang mereka garap.

"Kita sangat terbantu. Sebelumnya, beberapa petani hanya mengandalkan hasil dari panen sawit dan karet. Bahkan, ada yang hasil sawitnya tidak sesuai dengan pembayaran dari perusahaan yang membeli. Dengan program ini, kita bisa lebih mandiri mengelola sendiri," kata Jamin.

Melalui program ini, Jamin pun mengaku sudah bisa mengupah petani harian untuk menggarap lahan jagungnya. Pada musim panen, jumlah petani harian yang membantu Jamin mencapai sektar 10 orang.

Selain konsesi lahan, para petani juga bisa mendapatkan bibit jagung, pupuk MPK dan racun hama yang berkualitas dengan mudah melalui program Kelompok Maju Tani DMPA. Harga pupuk yang biasa dijual dengan harga Rp 160 ribu per sak misalnya, bisa didapatkan dengan harga Rp 130 ribu per sak. Dalam menaburkan sekitar 15 kg bibit jagung per satu hektar lahan, petani juga mendapat bantuan fasilitas Hand Tractor dan kanal air.

Dengan berbagai kemudahan ini, Jamin mengatakan anggota kelompoknya sangat antusias dalam menggarap lahan jagung agar mendapat hasil yang baik. Jamin juga berharap program ini dapat merangkul semakin banyak petani di desanya sehingga seluruh petani di desanya dapat menjadi semakin mandiri.

"Satu tahun bisa kita garap hingga tiga kali panen jagung. Untuk itu, bantuan ini sangat membantu petani untuk bisa lebih mandiri dan meningkatkan perekonomian warga," terang Jamin.

Hal yang sama juga diutarakan oleh para ketua Kelompok Maju Tani lainnya. Ketua Kelompok DMPA Desa Banyu Biru, Jeni, mengatakan program DMPA dapat membantu petani terlepas dari jeratan bunga tengkulak yang melambung tinggi. Dari program ini, lanjut Jeni, para petani juga lebih sadar untuk tidak melakukan pembakaran hutan karena mereka dapat memanfaatkan lahan pascapanen padi untuk digarap.

"Dulu kami melempar api kesembarang arah dilahan padi, tapi sekarang tidak lagi karena lahan bekas panen padi bisa dimanfaatkan kembali," ujar Jeni.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement