REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN — Menyusul temua kasus cikungunya yang menyerang sedikitnya 20 orang warga lingkungan Sariharjo, Kecamatan Ungaran Barat, Bupati Semarang dr H Mundjirin memerintahkan dinas terkait untuk segera melakukan langkah-langkah penanganan.
Selain memastikan layanan kesehatan bagi para penderita, orang nomor satu di Kabupaten Semarang ini juga menginstruksikan agar segera dilakukan upaya pemberantasan nyamuk melalui fogging.
“Kalau sudah ada 20 orang yang terserang, sudah harus dilakukan fogging,” kata Mundjirin, saat dikonfirmasi di sela tasyakuran Hari Pers nasional (HPN) tingkat Kabupaten Semarang, di Ungaran, Jumat (10/2).
Bupati mengakui cukup kaget ada 20 warga kampung Sariharjo terjangkit cikungunya. Apalagi salah seorang penderita diantaranya diduga meninggal dunia setelah menderita penyakit ini.
“Setahu saya, cikungunya tidak berbahaya seperti halnya penyakit demam berdarah dengue. Mohon Sekda mengecek, mudah-mudahan meninggalnya bukan karena cikungunya,” kata Mundjirin.
Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, kata dia, harus melakukan pengasapan di lingkungan tersebut. Jika dilakukan pengasapan, akan efektif dilakukan pada pagi atau siang hari. Sebab, jika sore akan sia-sia karena jamak turun hujan.
Selain pengasapan, Mundjirin menyarankan para warga aktif kerja bakti bersihkan lingkungan masing-masing. Jangan sampai ada genangan air yang tersumbat atau potensi genangan di sekitar tempat tinggal.
Apalagi saat ini juga musim angin kencang. Sehingga nyamuk yang biasanya berada di luar sekarang juga masuk rumah. Makanya penanganan pemberantasan nyamuk ini harus segera dilakukan.
“Gunakan obat anti nyamuk, kalau aa yang tidak kuat dengan obat nyamuk bisa memanfaatkan kelambu untuk melindungi anak-anak saat tidur,” kata dia.
Bupati juga mengakui chikungunya memang penyakit yang setiap saat ada. Sejauh ini, belum bisa dikategorikan sebagai wabah. “Yang juga harus dicermati, adalah munculnya penyakit pada saat musim hujan seperti DBD dan muntaber,” katanya menegaskan.