Selasa 28 Feb 2017 09:51 WIB

Ribuan Rumah di Bantaran Ciliwung Tergenang Banjir

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Teguh Firmansyah
Warga dengan menggunkan perahu karet melintasi banjir akibat luapan Sungai Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta, Kamis (16/2).
Foto: Republika/Prayogi
Warga dengan menggunkan perahu karet melintasi banjir akibat luapan Sungai Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta, Kamis (16/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Naiknya debit Sungai Ciliwung di pintu Air Depok hingga level siaga tiga pada Senin (27/2) sore telah menyebabkan permukiman di bantaran sungai tergenang banjir. 

Banjir melanda Kelurahan Pejaten Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dan Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Berdasarkan data sementara yang dihimpun BPBD DKI Jakarta, terdapat 1.178 rumah tergenang banjir setinggi 10 hingga 60 sentimeter.

"Sebanyak 1.178 KK (kepala keluarga) atau 3.832 jiwa terdampak langsung luapan Sungai Ciliwung di mana permukimannya tergenang banjir," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Selasa (28/2).

Genangan atau banjir di Kelurahan Pejaten Timur terdapat di RW 06, RW 07 dan RW 08 dengan ketinggian 30 hingga 70 sentimeter sejak Senin pukul 19.00 WIB. Sebanyak 20 KK mengungsi di ruko. Sebelumnya aparat Kelurahan Pejaten Timur telah memberitakukan kepada warga akan adanya luapan Sungai Ciliwung.

Sedangkan genangan atau banjir di Kelurahan Cawang merendam permukiman di RW 001, RW 002, RW 03, RW 05, dan RW 08 sejak Senin pukul 19.00 Wib.

Sebanyak 1.178 KK (3.832 jiwa) terdampak langsung dari banjir setinggi 10 hingga 60 sentimeter. "Masyarakat tetap bertahan di rumahnya. Tidak mau mengungsi karena beranggapan sudah biasa mengalami banjir," kata dia.

Sutopo mengatakan masyarakat di sekitar bantaran Sungai Ciliwung sudah memiliki daya antisipasi menghadapi banjir. Banjir, kata dia, bukan sesuatu hal baru karena setiap tahun mengalaminya, sehingga mereka memiliki mekanisme untuk mengantisipasi.

Saat terjadi kenaikan debit Sungai Ciliwung atau status siaga naik, maka sistem peringatan dini disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai moda, seperti SMS, Whatsapp, kentongan, sirine atau pemberitahuan melalui masjid.

Sebelumnya masyarakat juga sudah menempatkan perabotan rumah tangga dan barang-barang berharga di lantai dua, sedangkan lantai satu. "Sebagian besar masyarakat sulit diminta mengungsi, kecuali banjirnya tinggi dan membahayakan mereka akan mengungsi di tempat yang aman," ujarnya.

Baca juga, Banjir Setinggi 70 CM, Djarot: Ini Bukan Banjir, Tapi Tergenang.

Dia menyebut, belum selesainya normalisasi sungai Ciliwung menyebabkan genangan atau banjir masih sering terjadi saat ada kenaikan debit sungai. Sungai Ciliwung, kata Sutopo, perlu dilebarkan dan dikeruk agar debit sungai meningkat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement