Selasa 07 Mar 2017 00:13 WIB

Aset Bank Syariah Meningkat Tajam

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Budi Raharjo
Bank Syariah
Bank Syariah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perbankan syariah diyakini akan semakin besar pada tahun ini. Berdasarkan data Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) tercatat adanya peningkatan aset sebesar 20,33 persen dari Rp 296,26 triliun pada akhir 2015 menjadi Rp 356,50 triliun pada akhir 2016.

Selain itu dari sisi pembiayaan mencapai Rp 249,09 Triliun atau naik 16,40 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp 213,99 Triliun. Sedangkan dari perolehan dana pihak ketiga pada Desember 2016 mencapai Rp 279,33 triliun atau tumbuh 20,83 persen dari posisi Desember 2015 sebesar Rp 231,17 triliun. Adapun posisi laba Desember 2016 sebesar Rp 2,09 triliun, tumbuh 17,36 persen dari posisi Desember 2015 sebesar Rp1,78 triliun.

Peningkatan aset yang cukup signifikan tersebut sebagian besar merupakan kontribusi dari bank syariah yang merupakan anak usaha bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), antara lain Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS), Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah) dan Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Tabungan Negara (BTN).

BSM menempati posisi bank syariah dengan aset terbesar yakni sebesar Rp 78,8 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 12,03 persen bila dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 70,4 triliun. Direktur Utama BSM Agus Sudiarto mengatakan, BSM merupakan salah satu bank syariah yang memiliki aset besar di Indonesia.

Saat ini BSM memimpin pangsa pasar dengan market share per Desember 2016 untuk aset sebesar 22,11 persen, DPK 25,04 persen, pembiayaan 22,41 persen, dan tabungan 32,58 persen. Adapun untuk tabungan, BSM berada di posisi 10 besar bank nasional. "Sebanyak 25 persen market share perbankan syariah ada di BSM," ujar Agus yang merupakan Ketua Asbisindo, beberapa waktu lalu.

Agus berharap, aset perbankan syariah akan terus meningkat sejalan dengan rencana Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Bank Nagari, Sumatera Barat.

Pada akhir tahun lalu, BNI Syariah berhasil meraih market share sebesar 7,94 persen terhadap industri perbankan syariah, dengan memberikan kontribusi laba sebesar 13,23 persen. Tercatat, posisi laba sebesar Rp 277,37 miliar atau meningkat 21,38 persen dari Desember 2015 sebesar Rp 228,52 miliar.

Dari segi aset BNI Syariah terus mengalami pergerakan positif yakni posisi per Desember 2016 sebesar Rp 28,31 triliun atau naik 23.01 persen dari posisi Desember 2015 sebesar Rp 23,01 triliun. Hal ini didukung dengan penyaluran pembiayaan sebesar Rp 20,49 triliun dengan tetap menjaga kualitas pembiayaan (NPF) tetap terjaga di bawah 3 persen.

BRI Syariah juga mencatatkan pertumbuhan aset hingga 12,49 persen dari Rp 24,23 triliun pada akhir 2015 menjadi Rp 27,69 triliun pada akhir 2016. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh kenaikan DPK sebesar 11,09 persen, dari Rp 19,56 triliun menjadi Rp 22 triliun dan pembiayaan yang tumbuh 7,6 persen dari Rp 16,66 triliun jadi Rp 18,04 triliun. Selain itu, pada tahun ini BRI Syariah juga akan berkontribusi dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan skema syariah senilai Rp 500 miliar.

Sementara itu, Unit BTN juga berhasil membukukan kinerja yang positif pada Desember 2016, laba bersih UUS BTN tercatat naik 44,98 persen yoy dari Rp 260,33 miliar di Desember 2015 menjadi Rp 377,42 miliar. Laba bersih itu disumbang penyaluran pembiayaan senilai Rp 14,22 triliun di Desember 2016 atau naik 26,74 persen yoy dari Rp 11,22 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement