REPUBLIKA.CO.ID, Pelaku tantangan skip challenge atau pass-out challenge menghadapi risiko kematian karena terhambatnya suplai oksigen ke otak akibat tekanan yang diberikan pada bagian dada atau leher. Hal ini seperti diungkapkan, chief of emergency medicine dari Our Lady of Lourdes Medical Center, Camden, New Jersey, Alfred Sacchetti.
"Bahaya bahkan muncul saat Anda melakukannya kali pertama. Sekarang berpikirlah kalau "Saya lebih pintar dari orang-orang yang bunuh diri"," ujar dia seperti dilansir WebMD.
Hal senada juga disampaikan Dr Nick Flynn dari Union Quay, Medical Centre, Cork, Irlandia. Dia mengingatkan risiko kejang, kerusakan otak yang berdampak kematian bagi mereka yang melakukan skip challenge atau pass-out game atau choking game.
"Tantangan ini sama saja menghentikan otot dada bekerja dan Anda tidak bisa mendapatkan oksigen ke otak. Otak kemudian kekurangan oksigen dan korbannya kehilangan kesadaran, " kata dia.
"Apa yang sebenarnya terjadi di otak adalah kekurangan oksigen, mirip ketika seseorang tenggelam, tersedak atau mengalami serangan jantung. Hal ini menyebabkan hipoksia atau rendahnya tingkat oksigen di otak, sehingga menyebabkan kejang dan kematian," sambung Flynn seperti dilansir Irish Examiner.
Dia mengatakan jika kadar oksigen ke otak rendah selama lebih dari tiga menit, maka otak Anda bisa mengalami gangguan. Dan jika ini terjadi selama lebih dari lima menit, kematian menjadi risikonya.