REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) DIY mendesak agar aparat keamanan dan pemerintah setempat bertindak terhadap fenomena skip challenge di kalangan pelajar. Pasalnya fenomena tersebut dapat menimbulkan dampak negatif. Terutama terhadap keselamatan para pelakunya.
“Mohon TNI, Polri, dan pemerintah segera memberi reaksi cepat terhadap aksi skip challenge,” kata Dewan Pakar KAHMI DIY, Mashuri saat ditemui di Jalan Monjali, Senin (13/3). Adapun tindakan yang harus dilakukan pihak berwajib adalah dengan mengeluarkan surat edaran pelarangan aksi tersebut.
Surat edaran tersebut kemudian disampaikan pada seluruh kepala sekolah di DIY. Sehingga semua sekolah terdorong untuk memperhatikan siswa-siswinya secara intens. Terlebih pada saat jam istirahat sekolah. Sebab jam-jam tersebut sering digunakan oleh para siswa untuk bermain dan melakukan aksi skip challenge.
“Jangan sampai, karena tidak diawasi dengan baik, tiba-tiba ada laporan ke ruang guru ada anak tidak bangun-bangun karena skip challenge,” kata Mashuri. Menurutnya, pengawasan terhadap anak juga harus dilakukan bersama dengan orang tua. Sehingga hubungan antar orang tua dan sekolah harus berjalan harmonis.
Mashuri mengemukakan, skip challenge bisa sangat berbahaya bagi remaja lantaran aksi ini dapat menimbulkan kerusakan fisik. Terutama bagi anak-anak yang menjalani permainan tersebut. Di mana dada mereka ditekan sekencang mungkin sampai anak yang menjalani skip challenge kepayahan.
Banyak di antara anak-anak tersebut yang sampai pingsan dan kejang-kejang. Namun mereka justeru merasa ketagihan dan ingin mencoba tantangan yang lebih besar dari pada apa yang pernah dicoba sebelumnya.