Selasa 14 Mar 2017 19:30 WIB

Hakikat di Balik Keindahan Khath

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Kafilah menjalani lomba kaligrafi dan dekorasi yang merupakan rangkaian MTQ Nasional ke XXVI di Gedung Graha Bhakti Praja Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin (1/8).(Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Kafilah menjalani lomba kaligrafi dan dekorasi yang merupakan rangkaian MTQ Nasional ke XXVI di Gedung Graha Bhakti Praja Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin (1/8).(Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Salah satu unsur universal dari hasil kebudayaan masyarakat yang sering dijumpai dalam kehidupan  sehari-hari adalah seni. Seni umumnya identik dengan keindahan. Lebih luasnya mengenai objek penikmat seni dalam pandangan Islam adalah tidak hanya manusia. Tapi  Allah SWT sebagai pencipta apa yang ada dilangit dan di bumi menyukai keindahan.

Dalam proses penciptaan karya  seni, seorang kaligrafer selalu  berhubungan dengan media yang dipilih. Teknik  yang  dipergunakan, serta  cara menikmati yang dinilai sangat beragam.

Namun yang pasti, ungkap kaligrafer tersohor Abad Pertengahan, Yaqut al-Musta'shimi, mengatakan indahnya tulisan bukan dari bentuk abstraknya saja, tapi memiliki beberapa syarat ketat yang mesti dipenuhi oleh sorang seniman kaligrafer dari hasil karyanya itu terhadap ketentraman jiwanya maupun jiwa orang yang milhat karyanya.

Menurut Yaqut syarat sebuah karya seni tulisan kaligrafi disebut indah bila karya tersebut membiasakan pengaruh keindahkannya kepada hati, jiwa, dan pikiran seperti pengaruh dakwah yang dipantulkan dari lukisan kaligrafi yang indah.

Kata-kata paling masyhur dari Yaqut adalah. "Al-Khatthu handasatun ruhaniyatun zaharat bi alatin jismaniyah" yang artinya kaligrafi adalah arsitektur rohani yang lahir melalui perabot kebendaan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement