Jumat 17 Mar 2017 16:21 WIB

Bank Sampah Efektif Kurangi Volume Sampah di Depok

Rep: rusdy nurdiansyah/ Red: Ani Nursalikah
Bank Sampah (Ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Bank Sampah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kelurahan Kalibaru mengapresiasi aktivitas pemilahan sampah yang dilakukan Bank Sampah Induk Rumah Harapan Umat (Harum) di RT 04/RW 05. Bank sampah yang sudah berjalan selama empat tahun itu, dinilai positif dalam mengawal program zero waste city Pemkot Depok.

"Efeknya yang mampu mengurangi sampah sebanyak lima sampai 10 persen," kata Lurah Kalibaru, Depok, Siti Hasanah, Jumat (17/3).

Siti mengutarakan, apresiasi diberikan karena kegiatan Bank Sampah Induk Rumah Harum dapat mengurangi volume sampah di lingkungan. Totalitas bank sampah ini, juga mendapat perhatian pemerintah dengan memberikan bantuan berupa satu unit gerobak motor pada 2016. Gerobak motor ini bisa dipakai untuk mendukung operasional kegiatan bank sampah, yang saat ini makin banyak direspons warga.

"Setidaknya keberadaan bank sampah dapat mengurangi volume sampah warga. Kegiatan ini juga dapat memberdayakan warga untuk sadar memilah sampah," ujarnya.

Ketua Bank Sampah Induk Rumah Harum, Hermansyah mengungkapan, ada 250 titik bank sampah kecil dari enam kecamatan di Kota Depok yang menjadi anggota Bank Sampah Induk Rumah Harum. Keenam kecamatan tersebut yakni Kecamatan Tapos, Cimanggis, Cipayung, Cilodong, Pancoranmas, dan Sukmajaya. "Setiap titik memiliki anggota atau nasabah antara 150-350 Kepala Keluarga (KK). Kita juga terkadang melakukan pendampingan di beberapa bank sampah kecil tersebut," terang Hermansyah.

Menurut Hermansyah, pengambilan sampah non organik dilakukan setiap hari kecuali hari Jumat. Pihaknya saat ini juga sudah membuat jadwal pengambilan ke 250 titik bank sampah kecil yang ada di enam. kecamatan tersebut. "Masih ada beberapa nasabah bank sampah kesulitan dalam memilah jenis sampah non organik. Karena itu, saya juga sering terjun langsung untuk memberikan penyuluhan kepada nasabah mengenai sampah apa saja yang memiliki nilai ekonomis," jelasnya.

Dia memaparkan, sampah non organik yang sudah terkumpul di bank sampah induk langsung diproses melalui pengepresan kemudian dijual. Untuk berbahan dasar plastik, dilakukan proses penggilingan atau dihancurkan, kemudian setelah tercacah, baru dijual kembali.

"Ada juga sampah non organik yang tidak kita proses, melainkan kita buat kerajinan seperti pot untuk tanaman atau pun hiasan-hiasan rumah. Bahkan, terkadang ada buku cerita atau pelajaran yang dibuang warga kita jadikan koleksi buat perpustakaan kami," ujar Hermansyah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement