REPUBLIKA.CO.ID, Para pedagang tekstil di Pasar Baru, Jakarta Pusat mengeluhkan pendapatan mereka yang menurun dari tahun ke tahun karena pengunjung yang semakin sepi.
"Bukan sepi lagi, menurut Saya usaha ini seperti mati suri, tapi enggak tahu bangunnya kapan," tutur Misyu (60).
Pria yang telah menggeluti usaha tekstil selama 20 tahun ini mengaku usahanya tidak seramai dulu. Minat pengunjung untuk membeli kain semakin berkurang, padahal di masa lalu Pasar Baru adalah rujukan untuk membeli tekstil.
“Saya kurang tahu persis penyebabnya apa, mungkin sekarang orang lebih suka beli pakaian langsung jadi, selain praktis juga lebih murah," ungkap pedagang keturunan India ini.
Hal senada juga disampaikan oleh pedagang kain lainnya bernama Alvin (20).
"Sekarang yang beli sedikit, paling ramai kalau lagi bulan puasa, itu pun hanya sebentar," katanya.
Ia mengaku omzet hariannya antara Rp800 ribu sampai Rp1 juta pada hari kerja biasa, dan hanya mencapai kisaran 5 juta per hari pada bulan menjelang lebaran.
"Belum dipotong modal, biaya listrik, dan gaji pegawai," kata Alvin.
Berbagai macam cara promosi telah pedagang lakukan untuk menyelamatkan usahanya tersebut. Mulai dari memberikan potongan harga sampai obral besar pernah mereka lakukan namun ternyata tidak membuahkan hasil yang berarti.
Para pedagang berharap pemerintah bisa membantu permasalahan yang dialami mereka agar tidak terus merugi.
"Semoga pemerintah bisa membantu kita, karena Saya pikir kalau terus begini bisa-bisa toko akan tutup," tutup Alvin.