Selasa 28 Mar 2017 10:45 WIB

Nyepi, Suasana Hening Selimuti Tanah Lot

Suasana saat matahari terbenam di kawasan wisata Tanah Lot, Tabanan, Bali, beberapa waktu lalu.
Foto: Antara
Suasana saat matahari terbenam di kawasan wisata Tanah Lot, Tabanan, Bali, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, TABANAN -- Suasana hening menyelimuti Objek Wisata Tanah Lot, Tabanan, Bali, saat Perayaan Hari Raya Suci Nyepi Tahun Saka 1939, Selasa, padahal objek wisata itu pada hari biasa sangat ramai dikunjungi puluhan ribu wisatawan mancanegara per hari.

Ketua Pecalang (Petugas Pengamanan Desa Adat) Desa Pakraman Beraban, Wayan Sukir, melalui pesan singkat dari Tabanan, melaporkan suasana Nyepi di sekitar jalan utama objek wisata setempat dan kawasan Desa Beraban saat ini tampak lengang dan tidak ada aktivitas masyarakat dan wisatawan.

"Suasana saat ini masih kondusif dan hening, hal ini berdasarkan pantauan petugas kami di lapangan dan terlihat suasana aman, karena masyarakat sangat khusyuk melaksanakan Tapa Brata Penyepian," ujar Wayan Sukir.

Ia mengatakan "tapa brata penyepian" merupakan empat pantangan yang harus dilakukan Umat Hindu saat Nyepi yakni tidak melakukan bepergian keluar rumah (amati lelungan), tidak menyalakan api (amati geni), tidak bekerja (amati karya), tidak berfoya-foya atau mengumbar hawa nafsu (amati lelanguan).

Untuk petugas keamanan yang disiagakan dalam pelaksanaan Nyepi kali ini, jumlahnya mencapai ratusan orang yang terbagi atas pecalang, prajuru banjar yang nantinya bertugas di masing-masing banjarnya, dan Objek Wisata Tanah Lot.

"Untuk pengurus pecalang dan Kamra juga tetap bersiaga di Kantor Desa untuk menganisipasi adanya kejadian insidentil kedaruratan seperti masyarakat sedang sakit, kebakaran dan perkelahian. Namun, kami mengharapkan mudah-mudahan tidak ada kejadian seperti itu," katanya.

Ia mengimbau kepada masyarakat baik usia dua dan muda yang melaksanakan Tapa Brata Penyepian agar tidak melakukan aktivitas di luar rumah dan menyalakan lampu. "Namun, ada pengecualian kepada masyarakat untuk boleh menyalakan lampu pada malam hari di rumahnya apabila memiliki balita dan bayi yang mendapat izin dari desa setempat," katanya lagi.

Selain itu, toleransi tersebut juga diberikan kepada warga desa setempat yang sedang sakit dan menjalani perawatan di rumah, juga diizinkan untuk menyalakan lampu yang ada di satu titik kediamannya agar cahaya lampu tidak keluar dari kamar tersebut.

Untuk kesiapsiagan petugas pecalang dan Kamra di malam hari, jumlahnya mencapai enam orang yang bertugas dari pukul 19.00 Wita hingga pukul 05.00 Wita untuk berpatroli di masing-masing banjar.

"Dalam pengamanan malam Nyepi, kami tidak melibatkan muda-mudi dan hanya mengerahkan petugas keamanan (pecalang), namun ada satu pengurus sekaa truna yang dilibatkan dalam upaya ini," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement