REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) hingga kini masih memburu keberadaan macan tutul Jawa (Panthera pardus melas). Saat ini sebanyak sembilan kamera trap dipasang di hutan Gunung Semeru untuk menangkap keberadaan spesies tersebut.
Agung Siswoyo selaku Pengendali Ekosistem Hutan dan Kepala Resort wilayah Ranupani menyatakan keyakinannya macan tutul Jawa masih ada di hutan BB TNBTS. "Kami yakini masih ada karena pada 6 Juni 2016 kamera menangkap gambar adanya macan yang diduga berjenis kelamin jantan meski totol-totolnya tidak terlalu jelas kelihatan," ujar Agung pada Selasa (4/4) di Malang.
Penampakan macan tutul di kawasan seluas 58.276 hektare itu merupakan yang pertama kalinya tertangkap kamera sejak taman nasional diresmikan pada 1982. Menurut Agung, ada 25 kamera trap yang dimiliki BB TNBTS namun hanya sembilan yang terpasang karena kamera lain sedang dalam perawatan ataupun pengecekan gambar.
"Setiap kamera yang terpasang akan kami periksa gambarnya setiap satu sampai tiga bulan sekali," kata dia.
Tertangkapnya gambar macan tutul Jawa di kamera trap menguatkan dugaan bahwa di lokasi terpasangnya kamera merupakan daerah teritori macan tutul. Ada empat faktor yang menentukan luas teritori satwa-satwa liar.
Selain macan tutul Jawa, BB TNBTS juga masih berupaya membuktikan keberadaan harimau Jawa. Kepala BB TNBTS John Kenedie meyakini masih ada harimau Jawa meski International Union of Conservation for Nature (IUCN) menyatakan harimau Jawa telah punah pada 1970.
Keyakinan ini berdasarkan temuan jejak dan cakaran pada survey 2012 di Ranu Tompe. Awalnya jejak dan cakaran itu diduga adalah milik macan tutul Jawa. Namun ahli dari Universitas Diponegoro menyatakan berbeda. Macan tutul Jawa memiliki jejak kaki berbentuk cenderung vertikal sedangkan jejak di Ranu Tompe berbentuk horizontal yang identik dengan jejak harimau Jawa.