REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu al-Sari Manshur ibn Ammar (awal abad ke-3 H/9 M) yang berasal dari Marw dikenal sebagai seorang propagandis dari Bashrah. Ia seorang sufi dan ahli hadis yang meriwayatkan sejumlah hadis atas nama dua orang ahli hadis periode awal, al-Laits ibn Sa’d dan Abdullah ibn Lahi’a.
Tanggal kelahiran dan kematiannya tidak diketahui. Namun, menurut perkiraan F Sezgin, ia meninggal pada tahun-tahun awal abad ke-9. Penulis biografi para sufi Abu Abdurrahman al-Sulami menyebutnya “Ahli Kebijakan”.
Pakar propaganda berikutnya adalah Abu Zakariyya Yahya ibn Mu’adz al-Razi (258 H/872 M). Ia berasal dari Rayy. Ia menetap pertama kali di Balkh dan terakhir kali tinggal di Naisapur hingga tutup usia. Ia dikenal sebagai seorang sufi dan penceramah yang zahid.
Sarjana lain yang hidup di Baghdad dan mengembangkan tradisi ceramah adalah Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad (338 H/950 M). Tokoh lainnya adalah Abu Hafs umar ibn Ahmad ibn Syahin (385 H/995 M). Ia memulai sekolahnya dengan mengambil spesialisasi bidang hadis pada usia 11 tahun. Ia adalah seorang penulis produktif yang menurut hitungannya sendiri telah menulis 330 karya. Karyanya, Tafsir Alquran disebutkan terdiri atas 1.500-an lembar.
Selain para penceramah yang bermazhab Hanbali, sumber-sumber kepustakaan adab (sastra) juga mencatat sosok And al-Shamad (397H/1007 M) yang bersama para pengikutnya memberikan warna baru dalam seni berceramah. Mereka menjadi contoh yang sempurna dari upaya memadukan dua mazhab fikih, Hanbali dan Syafi’I, yang merupakan sejoli dekat dalam gerakan tradisionalisme.