REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- George Abraham Makdisi dalam Cita Humanisme Islam, mengungkap, Abd al-Salam merupakan pustakawan dan manajer administrasi yang terkenal dari Perpustakaan Dar al-Kutub di Baghdad. Ia seorang pakar humaniora. Selain itu, ia juga menguasai berbagai cabang pengetahuan, mulai dari ilmu Alquran, hadis, hingga leksikografi.
Melalui tangan dinginnya, perpustakaan ini tumbuh pesat dan menjadi salah satu kiblat pengetahuan di dunia Islam. Menurut Makdisi, ketika meninggal tahun 1014 Masehi, Abd al-Salam dimakamkan di sebelah makam pakar tata bahasa terkemuka, Abu Ali al- Farisi. Ini penghargaan atas kontribusinya dalam memajukan ilmu pengetahuan.
Al Qayrawani pun patut mendapat perhatian, mengingat keahliannya dalam mengelola perpustakaan di Madrasah Nizamiyah di Baghdad. Seperti halnya Abd al-Salam, dia juga seorang pakar, yakni di bidang filologi. Cendekiawan Muslim, al-Suyuthi, menyatakan al-Qayrawani adalah pustakawan pertama di perpustakaan yang berpengaruh tersebut.
Pustakawan sebagai profesi yang penting di era itu pun dibuktikan oleh kehadiran Abu Manshur Muhammad bin Ahmad al-Khazin. Ia wafat pada 1116 Masehi. Pakar fikih dari mazhab Syiah Imamiyah ini adalah juga pakar humaniora khususnya dalam ilmu tata bahasa dan leksikografi.
Makdisi menjelaskan, sebagai seorang kaligrafer terkemuka, Abu Manshur kerap mendapat tugas menyalin berbagai karya dengan kaligrafinya yang indah. Ia pun dijuluki Sang Pustakawan atau ‘al-Khazin’ karena kepiawaiannya dalam mengelola perpustakaan. Ia menduduki jabatan pustakawan di Dar al-Kutub pada 993 Masehi.
Nama lain yang muncul sebagai pustakawan ternama adalah Abu Abdullah Muhammad bin al-Hasan bin Zarrarah al-Tha'i. Ia hidup pada abad ke-12. Menurut sejarawan al-Salafi, al-Tha’i, tokoh ini memiliki beragam profesi hebat karena keahliannya di berbagai cabang pengetahuan.
Selain sebagai pustakawan, al-Tha'i mengepalai rumah sakit di Iskandariyah. Pakar humaniora yang menetap di Baghdad ini mengurus sebuah perpustakaan masjid yang cukup besar di sana. Di masjid itu, juga terdapat sebuah kelompok studi yang mengkaji masalah humaniora.
Ali bin Ahmad bin Bakr menjelma juga menjadi pustakawan. Sebelum menekuni bidang tersebut, ia belajar leksikografi pada al-Jawaliq dan belajar tata bahasa pada Ibnu al- Syajari. Selama beberapa lama, ia bertugas sebagai pustakawan madrasah. Ia menyalin pula catatan seorang kaligrafer tentang sejumlah buku adab.