REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA - Salah satu negara anggota Islamic Development Bank (IDB), Gabon, berminat untuk berinvestasi di Indonesia. Negara asal Afrika ini berniat melakukan diversifikasi sektor investasi, di mana selama ini Gabon lebih banyak menanamkan modalnya di sektor minyak dan gas bumi (migas).
Fonds Gabonais d'Investissements Stratégiques (Gabon Sovereign Wealth Fund) CEO Serge Thierry Mickoto beralasan, Gabon melirik Indonesia sebagai negara yang mampu menggerakkan ekonominya di berbagai sektor, meski pada awalnya bergantung pada sektor migas.
"Indonesia punya pengalaman dalam diversifikasi pendorong ekonominya. Kami (Pemerintah Gabon) tertarik untuk berkolaboriasi," ujar Mickoto di sela Pertemuan Tahunan Forum Investasi IDB di Nusa Dua, Bali, Selasa (11/4).
Mickoto menilai bahwa kedua negara, Indonesia dan Gabon, perlu meningkatkan kerja sama ekonomi. Ia mengakui, hingga saat ini belum ada aliran investasi yang mengalir dari Gabon ke Indonesia. Namun, ia yakin bahwa dalam beberapa tahun mendatang kerja sama antara Indonesia dan Gabon bisa segera dibangun.
"Gabon memang perlu diversifikasi investasi. Selama ini kami bergantung pada migas," katanya.
Selain itu, Mickoto juga menyebutkan bahwa Gabon ingin menjalin kerja sama dengan lebih banyak negara anggota IDB selain Indonesia. Ia mengungkapkan, kerja sama yang sudah dijalin selama ini masih sebaras Afrika.
Pertemuan IDB yang diadakan di Bali pada 10-12 April 2017 mempertumukan 57 negara anggota IDB. Forum ini memberikan peluang bagi negara-negara anggota untuk mendapat aliran dana investasi dari Sovereign Wealth Fund (SWF) atau dana abadi yang dihimpun juga oleh beberapa negara anggota IDB. SWF ini nantinya bisa digunakan untuk berinvestasi di negara lain dalam lingkatan IDB sehingga dorongan ekonomi negara-negara IDB sekaligus diberikan oleh sesama negara IDB.
IDB sendiri telah menyalurkan pembiayaan untuk proyek-proyek negara anggota hingga 127 miliar dolar AS hingga 2016 lalu. Dari angka tersebut, 53,3 persen penyaluran pembiayaan digunakan untuk membiayai kebutuhan di sektor infrastruktur, sedangkan 10,7 persen disalurkan untuk sektor pertanian. Sebagian kecil lainnya, 9,3 persen pembiayaan digunakan untuk proyek pendidikan dan kesehatan bagi negara anggota IDB.