Jumat 14 Apr 2017 18:48 WIB

Sahabat Anies-Sandi: Setop Politisasi Kebinekaan

Red: Angga Indrawan
Calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kedua kiri) berjabat tangan dengan warga saat melakukan kampanye di Lubang Buaya, Jakarta, Jumat (14/4).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kedua kiri) berjabat tangan dengan warga saat melakukan kampanye di Lubang Buaya, Jakarta, Jumat (14/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Sahabat Anies-Sandi, Anggawira menginginkan berbagai pihak untuk tidak melakukan politisasi atau menggunakan isu kebinekaan dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Kebinekaan itu fakta, itu sudah tidak bisa kita hindari. Bagaimana persatuan ke depan, bagaimana program masyarakat Jakarta ke depan itu jauh lebih penting untuk masa depan Jakarta," ujar Anggawira dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (14/4).

Anggawira menyatakan pihaknya kini melakukan gerakan #StopPolitisasiBhinneka agar masyarakat Jakarta bisa memilih pemimpin yang mempersatukan bangsa. Menurut dia, adu program kerja dan visi misi adalah hal yang lebih penting bagi semua kalangan masyarakat ibukota.

Koordinator Relawan Digital Anies-Sandi (Insider) Anthony Leong, Jumat (7/4), menyadari peran penting media sosial dalam menjaring dukungan masyarakat. Untuk itu, ujar Anthony, diharapkan kepada seluruh relawan untuk dapat memaksimalkan potensi yang ada khususnya melalui media sosial kepada warga.

"Kami ajak mereka untuk berkreasi sebebas, dan sekreatif mungkin lewat konten. Namun, kami selalu tegaskan agar konten yang dibuat jauh dari isu SARA, dan tidak memuat provokasi. Kita jual value yang positif tentang Anies-Sandi di media sosial," jelasnya.

Dia mengakui banyak tantangan yang dihadapi antara lain terkait masalah risak, dan kampanye hitam serta sejumlah informasi palsu yang disebar para buzzer di dunia maya.

Sebelumnya, Ketua Badan Pengawas Pemilu DKI Jakarta Mimah Susanti meminta pasangan calon, tim sukses, dan simpatisan yang berkampanye dalam masa Pilkada DKI Jakarta tidak melakukan kampanye negatif. "Sebaiknya kampanye negatif maupun kampanye hitam tidak dilakukan karena sama-sama memiliki kepentingan untuk menjatuhkan lawan," kata Mimah Susanti dalam diskusi bertajuk Adu Program VS Kampanye Hitam di Jakarta, Sabtu (1/4).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement