REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR, Fadli Zon menilai insiden penembakan satu keluarga penumpang mobil di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan oleh anggota polisi sebagai sikap yang brutal dan berlebihan. Karenanya, ia meminta agar kepolisian menindak tegas anggota polisi tersebut.
"Kalau itu sudah merupakan abuse of power. Harus ditindak," kata Fadli di Gedung DPR, Senayan, Jakarta pada Kamis (20/4).
Fadli menilai, anggota kepolisian semestinya tak perlu mengambil langkah berlebihan saat menindak pengendara yang diketahui kabur saat terkena razia. Menurutnya, anggota polisi bisa menggunakan cara lain saat berupaya menindak pengendara tersebut.
Ia sendiri memahami diskresi oleh anggota kepolisian saat berada di lapangan. Namun terkait penembakan kali ini tidak bisa dibenarkan. "Masa razia SIM sampai tembak-tembakan. Harus dihukum, nggak bisa razia kaya gitu main tembak saja. Memang peluru siapa itu? Polisi harus segera dihukum. Kecuali yang bersangkutan (pengendara) ada perlawanan. Kalau menghindar nggak bolehlah gunakan senjata, itu ada aturan mainnya," kata Fadli.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyesalkan insiden penembakan oleh oknum diduga polisi terhadap sebuah mobil Honda City hitam yang memuat serombongan keluarga di Kota Lubuklinggau, Sumatra Selatan (Sumsel) pada Selasa (18/4). Kejadian bermula saat aparat kepolisian yang sedang melakukan razia, berhadapan dengan mobil tersebut yang enggan berhenti dan malah melaju kencang. Dari kejadian tersebut, satu orang meninggal dan beberapa diantaranya mengalami luka akibat tembakan anggota polisi tersebut.