REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan filsafat keagamaan dan kebhinekaan RA Kartini sangat dalam. Khofifah menilai spiritualitas Kartini ini bisa dijadikan referensi membangun Islam yang damai dan penuh kasih.
"Filsafat keagamaannya dalam sekali, filsafat kebinekaannya juga dalam sekali. Saya bisa memahami kenapa seorang RA Kartini juga punya filsafat keagamaan yang begitu dalam, karena dia juga santri dari seorang kyai besar," kata Khofifah Indar Parawansa, di Alun-alun Kabupaten Rembang, Jumat (21/4).
Semasa hidupnya RA Kartini pernah menuntut ilmu agama dari seorang ulama Semarang bernama Kyai Sholeh Darat. Beliau adalah guru pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Azhari dan guru pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Kedua pendiri organisasi besar tersebut merupakan santri satu angkatan dari Kyai Sholeh Darat.
Menurut Khofifah, Kartini telah bertekad menjadi Muslimah yang baik sebagaimana bunyi surah Albaqarah ayat 193, Minazh zhulumaati ilan nuur (dari gelap menuju cahaya). Kutipan itu tercermin dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, yang berisi kumpulan surat Kartini kepada rekan-rekannya di Belanda.
Dalam salah satu surat yang dikirimkan kepada Nyonya Abendanon di Belanda, Kartini mengatakan mestinya agama bisa menjadi referensi manusia untuk menghilangkan dosa. Ia mempertanyakan mengapa ada manusia yang justru melenceng karena persoalan referensi keagamaannya tidak seiring dengan tujuan agama.
"Saya melihat bahwa sosok spiritualitas Kartini ini tidak banyak muncul. Kita bisa menempatkan referensi Islam yang penuh damai penuh kasih. Islam yang memberikan ruang untuk membangun toleransi dan moderasi bagi kita di tengah keragaman dan keberagamaan negeri ini," tutur Khofifah.
Mensos meminta seluruh pemangku kepentingan memberikan akses yang lebih baik kepada perempuan terutama yang tinggal di pelosok daerah terpencil, tertinggal, terluar dan perbatasan agar memperoleh kehidupan yang lebih baik. Masih ada pos-pos yang belum maksimal diisi oleh kaum perempuan.