REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Sebuah grup bernama Batalion Imam Shamil mengklaim bertanggung jawab atas ledakan di sebuah metro di Kota Saint Petersburg Rusia yang menewaskan 16 orang. Menurut laporan kelompok pemantau SITE, Pengebom mengaku bertindak atas perintah Alqaidah
Klaim oleh Batalion Imam Shamil pada awalnya diterbitkan oleh kantor berita Mauritania, ANI, yang sering digunakan oleh kelompok milisi Barat dan Afrika Utara untuk merilis pernyataan mereka.
Pernyataan yang disiarkan oleh SITE pada Selasa, (25/4) menyatakan, pengebom, Akbarzhon Jalilov bertindak atas instruksi dari pemimpin Alqaidah Ayman al-Zawahiri. Ia melancarkan serangan pada 3 April di sebuah metro di kota terbesar kedua di Rusia.
"Mengikuti instruksi dari Sheikh Ayman al-Zawahiri, Akbarzhon Jalilov, salah satu ksatria di Batalion Imam Shamil melakukan operasi heroik di Kota Saint Petersburg, bersamaan dengan kunjungan penjahat (Presiden Rusia Vladimir Putin)," kata pernyataan tersebut.
Disebutkan, serangan di metro merupakan balas dendam atas kekerasan Rusia terhadap negara-negara Muslim seperti Suriah, Libya serta Chechnya. Batalion Imam Shamil juga memperingatkan, kepada pemerintah Rusia yang belum mengambil pelajaran dari kekalahannya di Afghanistan. "Operasi ini hanyalah permulaan," tulis mereka.
Pernyataan tersebut menyiratkan akan ada serangan bahkan lebih mematikan lagi terhadap Rusia di masa depan. Pasukan Rusia melakukan intervensi dalam konflik Suriah untuk mendukung Presiden Bashar al-Assad.