Kamis 27 Apr 2017 17:29 WIB

Pencemaran Jadi Masalah Utama Air Saat Ini

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Warga mencari sampah plastik di aliran sungai. Ilustrasi
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Warga mencari sampah plastik di aliran sungai. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SUMEDANG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat menggelar peringatan Hari Air Sedunia 2017 pada Kamis (26/4). Kegiatan perayaan dipusatkan di Waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang yang diisi dengan penebaran benih ikan dan penanaman pohon.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dalam acara tersebut pun mengajak masyarakat untuk ikut menjaga air yang ada di Jawa Barat. Sebab, pencemaran menjadi masalah utama yang belum teratasi. "Betul pencemaran adalah masalah utama kita saat ini. Makanya program kita adalah mari kita hindari pencemaran air," kata Heryawan di Bendungan Jatigede, Sumedang, Kamis (27/4),

Menurutnya, sumber air bersih di Jawa Barat banyak yang telah tercemar. Baik itu dari limbah industri juga rumah tangga. Kondisi ini terjadi, ujarnya, dikarenakan perilaku masyarakat yang buruk. Seperti membuang limbah yang tidak diolah dengan baik ataupun sampah terutama ke sungai-sungai.

"Air bersih itu kita gunakan sebagian, sebagian lagi juga dikotori oleh bekas air yang kita pakai. Pembuangannya nggak jelas, nggak benar. Air bersih yang ada bukan dipelihara tapi malah ikut tercemar," ujarnya.

Aher, sapaan akrab gubernur, mengatakan Pemprov Jawa Barat memfokuskan gerakan Citarum Bestari sebagai salah satu upaya mengatasi problem pencemaran air. Walaupun belum seluruhnya teratasi, Aher mengakui gerakan yang bekerjasama dengan anggota TNI ini cukup memberikan dampak positif.

 

"Insya Allah perlahan tapi pasti kan sudah mulai ada dampaknya. Progresnya (Citarum Bestari) cukup bagus. Tahun 2014 kita kalau ke Rajamandala itu ketika buka kaca jendela langsung nyengat (bau). Tapi tahun 2016, 2017 sudah hilang. Ketika buka pintu nggak nyengat lagi  Bisa berenang juga. Ini sudah menunjukkan perkembangan," tuturnya.

Sejak, 2013 ia pun menggaungkan kampanye '5 Tidak'. Yakni, tidak menggunduli hutan (menebang pohon) di hulu sungai Citarum, tidak membuang limbah ternak, tidak membuang limbah rumah tangga, ke tidak membuang limbah industri dan tidak membuang sampah apapun ke sungai Citarum.

Namun, pencemaran air memang masih belum bisa dielakkan. Karenanya, ia mengajak masyarakat untuk terus membudayakan hidup yang peduli akan air. "Kita ingin ke depan membangun budaya air dimana masyarakat jabar memelihara kuantitas maupun kualitas air sehingga nilai air di hulu di tengah maupun hilir sama," harapnya.

Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jawa Barat Nana Nasuha Djuhri mengakui pencemaran air memang masih kerap terjadi di berbagai daerah. Namun Nana tidak mengetahui persentase perbandingan air bersih dan yang tercemar karena kondisi air yang terus mengalir tidak bisa diprediksi.

Meski demikian, Nana menyebutkan kondisi sumber air yang paling tercemar adalah yang mengalir ke wilayah utara Jawa Barat.  "Yang jelas kondisi sungai-sungai yang mengalir dari tengah ke wilayah utara Jawa Barat itu jauh lebih buruk dan tercemar. Jika dibandingkan dengan yang mengarah ke Selatan Jawa Barat," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement