REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PP Pemuda Persatuan Islam (Persis) Eka Permana mengaku heran jika polisi benar mendapat tekanan oleh ormas tertentu untuk membubarkan kajian Islam Felix Siauw yang digelar di salah satu hotel di kota Malang pada Ahad (30/4) kemarin. Kejadian tersebut, kata dia, bisa menurunkan marwah kepolisian, karena dinilai mau diatur oleh sekelompk golongan.
“Yang jelas, jika memang betul aparat kepolisian mendapat tekanan dari ormas tertentu, untuk melakukan pembubaran suatu kajian Islam tentu sangat disayangkan. Seharusnya justru kepolisian yang bertugas untuk mengonter,” ungkap Eka saat dihubungi Republika.co.id, Senin (1/5).
Menurut Eka, tidak ada masalah rasanya jika konten kajian yang digelar Felix Siauw hanya membahas terkait ajakan meninggalkan zina dengan menikah muda. Namun, dengan adanya pembubaran tersebut, ini menandakan hukum di Indonesia sudah tercoreng.
“Pemerintah harus betul-betul bijak, harus betul-betul jadi pelindung, bukan melindungi pihak yang menekan. Saya rasa ormas yang menekan polisi juga harus dipermasalahkan,” tegas Eka.
Dia menegaskan, perlu ada kejelasan baik dari aparat kepolisian atau ormas tersebut terkait alasan pembubaran, agar semuanya menjadi clear dan kondusif kembali. “Sangat menyesalkan sangat prihatin, gak tahu ya saya harus menangis atau tertawa karena ini,” ungkap Eka.
Baca juga, Ini Penjelasan Ustaz Felix Siauw Soal Pembubaran Kajiannya di Malang.