REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengatakan, sudah sejak lama aparat kepolisian menjadi sasaran teroris. Akibatnya banyak anggota kepolisian yang menjadi korban tewas maupun luka-luka atas tindakan ini. Akan tetapi, aksi teror ini tidak menggentarkan kepolisian untuk menindak aksi terorisme.
"Keliatannya begitu memang, yang paling banyak korban polisi baik yang tewas juga luka-luka, itu artinya mungkin dia ingin mengatakan bahwa karena yang paling banyak operasi polisi maka ada pembalasan begitu, dan itu bukan hanya sekali, dulu-dulu juga begitu," ujar Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jumat (26/5).
Sebelumnya, Jusuf Kalla dan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menjenguk korban ledakan bom Kampung Melayu di Rumah Sakit Said Sukanto dan Rumah Sakit Premier Jatinegara. Saat menjenguk, Jusuf Kalla mengaku sempat berbincang dengan aparat kepolisian yang mengalami luka-luka.
Menurutnya, para aparat kepolisian yang terluka tersebut ingin segera aktif kembali bertugas memberantas terorisme di Indonesia. "Kita mengapresiasi, menghargai sekali semangat kepolisian itu," kata Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla mengatakan, ada dua hal yang disoroti yakni radikalisme dan terorisme. Menurutnya, semua teroris pasti radikal namun tidak semua yang radikal adalah teroris. Menurutnya, aksi teror yang dilakukan di Kampung Melayu dan negara lain di dunia merupakan aksi radikalisme dan teroris yang radikal biasanya mempunyai jaringan.
"Networkingnya ada tapi kita tidak tahu, itu nanti polisi yang akan menjelaskannya," kata Jusuf Kalla.