REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) disebut akan ikut mengawasi secara langsung organisasi-organisasi kemahasiswaan. Mahasiswa khawatir, wacana itu sebagai alat untuk membungkam mahasiswa secara tidak langsung.
Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas YAI Jakarta, Firda Apriyanti mengatakan, jika BNPT benar akan masuk dan ikut lakukan pengawasan pada setiap kegiatan mahasiswa, akan membuat mahasiswa risih. Mahasiswa yang seharusnya bisa berpikir kritis, menjadi tertahan karena adanya pengawasan ketat.
"Itu juga yang kami khawatirkan. Mahasiswa itu kan sedang masa-masanya idealis tinggi. Kalau dilakukan pengawasan yang terlalu ketat atau gimana, malah takutnya bisa kembali makin anarkis. Kalau mahasiswa kembali anarkis, kejadian macam 1998 bisa saja terulang lagi," kata dia saat ditemui di kampusnya, Jumat (2/5), siang.
Menurut dia, kalau tujuan BNPT masuk ke kampus adalah untuk melakukan pengawasan terhadap mahasiswa yang radikal, belum tentu mereka ikut organisasi. Karena terkadang, mereka yang menganut paham beda dari lainnya, biasanya orang yang tertutup dan tidak suka berorganisasi.
Sepanjang Firda menjadi Ketua DPM, ia tidak pernah menemukan anggotanya yang bersikap aneh. Semua terlihat normal, bahkan aktif pada setiap kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) atau DPM.
"Mungkin karena kami kampus swasta ya, jadi tidak terlalu yang gimana-gimana. Kalau kampus negeri tuh yang biasanya kritis banget. Kita pun jarang yang ikut-ikut demo gitu, cuma ngadain event biasa saja," kata Firda.
Namun, walau demikian, perempuan yang pernah menjabat sebagai Ketua BEM YAI selama dia tahun itu, menyatakan rasa tidak setujunya dengan tuduhan perguruan tinggi menjadi tempat calon teroris bersarang. Bagi dia, mahasiswa memang harus berpikir kritis tetapi tidak radikal apalagi anarkis.