Kamis 15 Jun 2017 16:15 WIB

'Komitmen Elite Jaga NKRI Harus Ditingkatkan'

Red: Fernan Rahadi
Pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk.
Foto: Republika/Wihdan H
Pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama bulan Ramadhan ini, kondisi sosial masyarakat di Indonesia relatif adem. Situasi ini tidak lepas dari sikap elite politik di Indonesia yang bisa menahan diri sehingga tidak terjadi percikan-percikan intoleransi yang sebelumnya hampir tiap hari terjadi baik itu berupa hasutan, makian, dan ujaran kebencian.

Karena itu, setelah Ramadhan ini kondisi ini harus dipertahankan, bahkan kalau bisa ditingkatkan, terutama dalam menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama. Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Hamdi Muluk mengatakan, untuk mewujudkan itu, elite politik harus bisa meningkatkan komitmennya untuk menjunjung ideologi bangsa, Pancasila serta persatuan dan kesatuan Indonesia.

 "Hanya itu yang bisa menjaga keberagaman suku dan agama di Indonesia. Masyarakat kita tergolong masyarakat yang patrimonial itu yang tergantung pada patrolnya. Semakin banyak tokoh masyarakat yang mengirim pesan perdamaian akan berdampak pada masyarakat di bawah," ungkap Hamdi Muluk di Jakarta, Kamis (15/6).

Ia memaparkan, saat ini di Timur Tengah, sudah terjadi perang saudara yang dipicu karena etnik dan agama, penyesatan dari paham-paham transnasional yang tidak mendasar, seperti ingin membuat negara khilafah islamiah itu jelas menjadi ancaman bagi Indonesia yang selama ini sangat menjunjung tinggi perbedaan dan toleransi antar umat beragama.