Selasa 20 Jun 2017 17:30 WIB

3 Masjid Tua di Cirebon

Masjid Agoeng Sang Ciptarasa Tjirebon 1930.
Foto: dok.ANRI
Masjid Agoeng Sang Ciptarasa Tjirebon 1930.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cirebon memiliki sejarah dan peranan yang sangat penting dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa. Sunan Gunung Jati merupakan salah satu tokoh Cirebon yang  memiliki peran penting. Dia menyebarkan Islam bersama-sama dengan para wali di kota-kota Jawa lainnya yang tergabung dalam Wali Songo.

Hingga kini banyak peninggalan sejarah di Cirebon sebagai bukti dan saksi sejarah proses penyebaran Islam. Salah satunya adalah masjid-masjid tua. Usianya pun sudah ratusan tahun. Namun, bangunannya masih kokoh dan tetap digunakan untuk kegiatan ibadah sehari-hari.

Arsitektur dan bentuk masjid-masjid tersebut khas. Namun, yang jelas dulu selain digunakan untuk beribadah, masjid juga dipakai untuk mengatur strategi dakwah Islam. Kini, masjid-masjid tersebut masih tegak berdiri dan menjadi saksi bisu proses islamisasi di Cirebon. N 

Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Masjid ini juga dikenal sebagai Masjid Agung Kasepuhan atau Masjid Agung Cirebon. Letaknya berada di kompleks Keraton Kasepuhan. Konon, masjid ini adalah yang tertua di Cirebon dan dibangun sekitar 1480 Masehi.

Menurut cerita, pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa melibatkan ratusan orang  yang didatangkan dari Majapahit, Demak, dan Cirebon sendiri. Sunan Gunung Jati menunjuk Sunan Kalijaga sebagai arsiteknya.

Kekhasan masjid tersebut, antara lain, terletak pada atapnya yang tidak memiliki kemuncak atap sebagaimana yang lazim ditemui pada atap masjid-masjid di Jawa. Masjid ini terdiri atas dua ruangan, yaitu beranda dan ruangan utama. Untuk menuju ruangan utama, terdapat sembilan pintu. Jumlah ini melambangkan Wali Songo. Sedangkan, arsitekturnya memadukan gaya Demak, Majapahit, dan Cirebon.n

Masjid Kramat Depok

Nama asli masjid ini adalah Masjid al-Karomah. Karena faktor pengucapan maka berubah menjadi Masjid Kramat. Namun, ada pula masyarakat yang menyebutnya masjid Karomah karena dianggap memiliki karomah.

Letaknya berada di Desa Depok, Kecamatan Depok, yang dulu termasuk wilayah Kecamatan Plumbon. Arsitektur masjid tersebut memiliki kesamaan dengan beberapa bangunan masjid tua lainnya di Cirebon. Pada bagian luar dilingkari tembok dari bata merah dengan satu pintu utama dan dua pintu samping.

Semua pintu masuk itu tidak terlalu tinggi untuk dilewati orang dewasa. Pada bagian dalam terdapat dua ruang, yaitu ruang utama dan pawestren. Ruang utama memiliki ketinggian yang rendah antara atap dengan latai. Ruang utama ini dibatasi dengan tembok yang tidak menyangga atap. Itu merupakan salah satu ciri masjid tua yang ada di Cirebon. n

Masjid Bata Merah Panjunan

Masjid ini didirikan Pangeran Panjunan pada 1453 Masehi. Hampir seluruh bangunan masjid tersebut dihiasi warna merah. Pagar batu-batanya juga berwarna merah.

 

Awalnya, Masjid Bata Merah ini bernama Al-Athyang yang artinya dikasihi. Namun,  karena pagarnya yang terbuat dari bata merah, menjadikan masjid ini lebih terkenal dengan sebutan Masjid Merah Panjunan.

Dulu, awalnya masjid tersebut merupakan tajug atau mushala sederhana. Ini karena di lingkungan itu merupakan tempat bertemunya pedagang dari berbagai suku bangsa.  Arsitektur masjid ini dipengaruhi oleh gaya Jawa dan Cina

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement