REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Museum Tsunami Aceh menjadwalkan tutup empat hari mulai 23 hingga 26 Juni mendatang. Museum ini kembali menerima pengunjung pada 27 Juni 2017.
Pokja Kehumasan Museum Tsunami Aceh Nela Vitriani di Banda Aceh, Kamis (22/6), mengatakan, museum ditutup dalam rangka menyambut Idul Fitri 1438 Hijriah atau 2017 Masehi. "Museum Tsunami Aceh tutup selama empat hari terhitung Jumat (23/6) hingga Senin (26/6). Museum kembali dibuka pada Selasa (27/6)," kata Nela Vitriani.
Menurut Nela Vitriani penutupan Museum Tsunami Aceh mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2017 tentang penetapan cuti bersama dalam rangka Idul Fitri 1438 Hijriah.
Nela Vitriani menyebutkan, pihak Museum Tsunami Aceh sudah mempersiapkan terjadinya lonjakan pengujung ketika dibuka pada lebaran nantinya. "Kami memperkirakan terjadi peningkatan pengunjung saat lebaran nanti. Hal ini mengacu pengalaman lebaran tahun lalu," kata Nela Vitriani mengungkapkan.
Nela Vitriani menyebutkan, data kunjungan lebaran tahun lalu dalam satu hari mencapai 19.532 orang. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat pada lebaran tahun ini.
Sedangkan kunjungan di hari biasa, sebut Nela Vitriani, berkisar 900 orang hingga 5.000 pengunjung per harinya. Puncaknya kunjungan biasanya pada saat libur sekolah. "Sedangkan selama bulan suci Ramadhan tahun ini berkisar 200 hingga 900 orang per harinya," kata Nela Vitriani mengungkapkan.
Museum Tsunami Aceh merupakan destinasi wisata unggulan di Kota Banda Aceh. Museum ini menjadi tujuan wajib wisatawan domestik dan internasional ketika berkunjung ke Aceh.
Museum Tsunami Aceh terletak di sekitar Lapangan Blangpadang, Banda Aceh. Museum yang lokasinya berada di pusat ibu kota Provinsi Aceh ini dirancang Ridwan Kamil, arsitek yang kini menjabat Wali Kota Bandung, Jawa Barat.
Museum Tsunami Aceh memiliki empat lantai dengan luas bangunan mencapai 2.500 meter persegi. Selain dijadikan museum, bangunannya juga bisa menjadi gedung penyelamatan jika terjadi tsunami. Bangunan ini mampu menampung 4.000 orang.