REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Konsistensi Festival Film Purbalingga dalam menghadirkan film-film Indonesia, panjang maupun pendek, dokumenter serta fiksi ke masyarakat desa di Banyumas Raya melalui program Layar Tanjleb; memutar film di ruang terbuka, dibuktikan dengan kembali penyelenggaraan festival yang tahun ini memasuki edisi ke-11.
Tahun ini FFP 2017 juga akan turut merambah kabupaten Kebumen.
Tahun ini FFP 2017 bekerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Kehadiran Bekraf tidak hanya sekadar untuk membantu pendanaan, tetapi juga untuk membaca ulang peran sebuah festival film untuk sektor ekonomi kreatif dimana festival itu berlangsung, dikutip dari keterangan tertulis FFP 2017.
Sejak awal FFP selalu mengangkat potensi ekonomi kreatif lokal, utamanya dalam skala mikro. Salah satu yang mewujud adalah program Plesir Purbalingga, bekerjasama dengan Spektakel.id, dimana FFP 2017 menghadirkan paket perjalanan wisata berbasis program Layar Tanjleb yang disertai produksi video promosi wisata dan ekonomi kreatif mikro Purbalingga dan Banyumas Raya.
Bentuk lain dari kerjasama ini adalah program Pentahelix; mempertemukan 5 unsur pemangku ekonomi kreatif; akademisi, pengusaha, komunitas, pemerintah, dan media. Acara dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) ini akan mengundang perwakilan dari ke-5 unsur tersebut.
Pokok bahasan utama adalah bagaimana sebuah festival film bisa terhubung dengan sektor-sektor kreatif lain di wilayah tersebut dan membentuk satu ekosistem yang saling mendukung dalam menguatkan lini kerja ekonomi kreatif.
Salah satu program baru di FFP 2017 adalah Nonton Bersama Tetangga; program mengajak masyarakat untuk menjadi Tuan Rumah yang menyedekahkan ruang tamu atau teras rumahnya, mengundang tetangga sekitar dan bersama menonton film-film pilihan Festival Film Purbalingga.
Dan tentu saja program Kompetisi Film Pendek fiksi dan dokumenter bagi pelajar Purbalingga dan Banyumas Raya, yang selalu ditunggu para pelajar. Hasil dari karya yang terpilih akan menjadi barometer perkembangan aktivitas produksi film pendek Banyumas Raya, bahkan hingga nasional.
Sebelumnya, Festival Film Purbalingga (FFP) kerap melahirkan talenta-talenta muda pembuat film pendek dari Purbalingga dan Banyumas Raya. Tidak hanya sekadar memenang penghargaan di festival ini, film-film yang masuk seleksi juga didistribusikan ke berbagai ruang pemutaran di Indonesia. Banyak diantaranya menggapai prestasi tinggi, antara lain;
PIGURA, Darti dan Yasin, Penghargaan Khusus Dewan Juri Festival Film Indonesia 2010, Film Terbaik Festival Film Solo (FFS) 2011 kategori Gayaman Award
MENTARI DI SAMBIRATA, Astri Rakhma Adisty, Film Terbaik Festival Film Pelajar Jogja (FFPJ) 2012, Penghargaan Khusus Juri Festival Film Indonesia (FFI) 2012
LANGKA RECEH, Miftakhatun & Eka Susilawati, Film Pendek Pelajar Terbaik Anti-Corruption Film Festival (Acffest) 2013
LAWUH BOLED, Misyatun, Film Pendek Terbaik StoS Film Festival 2014
IZINKAN SAYA MENIKAHINYA, Raeza Raenaldy Sutrimo, Film Terbaik kategori Apresiasi Film Pendek Pelajar Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2016
KAMI HANYA MENJALANKAN PERINTAH, JENDERAL!, Ilman Nafai, Film Terbaik kategori Apresiasi Film Dokumenter Pelajar/Mahasiswa Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2016.