REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Bank Indonesia (BI) menyatakan Indonesia masih sangat tergantung pada Sumber Daya Alam (SDA). Pasalnya kekayaan alam Indonesia memang cukup melimpah di Negara lain.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Dody Budi Waluyo mengatakan, di beberapa negara yang kaya SDA, justru pertumbuhan ekonominya melambat. "Fenomena itu disebut resource curse," jelasnya, kepada wartawan, di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis, (13/7).
Meski begitu ia menyatakan, Indonesia tidak mengalami resource curse. Hal itu karena perekonomian nasional masih bisa tumbuh di Kisaran lima sampai 5,2 persen.
"Berbeda dengan negara Timur Tengah yang tidak bisa memberdayakan resource-nya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," jelas Dody. Ia menambahkan, di Indonesia, resource curse hanya terjadi di beberapa provinsi salah satunya di Kalimantan Timur.
Hal itu terlihat dari rasio diversifikasinya yang rendah, sehingga berujung pada kontraksi pertumbuhan ekonomi. Maka perlu adanya penerapan solusi cepat (quick win).
BI pun dijdwalkan menggelar Rapat Koordinasi Pemerintah Daerah (Rakorpusda) di Balikpapan pada Jumat, (14/7). Pada rapat bertema 'Mendorong Strategi Kebijakan Diversifikasi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Daerah untuk Menjaga Momentum Perbaikan Ekonomi Nasional' BI, bersama Kemenko Maritim, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan, bersama gubernur se-Kalimantan, serta lainnya akan membahas berbagai permasalahan yang terjadi di Kalimantan khususnya Kalimantan Timur.
"Secara vertikal, kita akan lihat bagaimana SDA bisa memberikan nilai tambah pada ekspor melalui hilirisasi. Sedangkan secara horisontal, kita lihat apakah ada sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru," tutur Dody.
Berdasarkan catatan BI, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur per Juni 2017 sebesar 3,85 persen. Dengan tingkat inflasi mencapai 4,45 persen.