REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terlepas negara dan kota mana saja yang dilalui jalur Sutra, jalan perniagaan ini telah menjalin hubungan internasional yang luas. Tak hanya menghubungkan Asia dan Eropa, tapi juga menghubungkan Asia, Eropa, Afrika, termasuk Timur Tengah.
Bahkan, jalur tersebut disebut-sebut telah menghubungkan Cina dengan negara utama peradaban kuno dan sumber kebudayaan dunia. Jalur Sutra tersebut menjadi jalan dialog antara Timur dan Barat.
"Jalan Sutra yang dibuka oleh Tiongkok pada dua ribu tahun lalu adalah salah satu jalur penting bagi penyebarluasan peradaban zaman kuno Tiongkok ke Barat, sekaligus jembatan yang menghubungkan pertukaran ekonomi dan kebudayaan Tiongkok-Barat.
Jalur ini juga penting untuk perdagangan Tiongkok dengan Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Barat, serta Eropa dan Afrika," ujar Frances Wood dalam "The Silk Road: Two Thousand Years in the Heart of Asia".
Bahkan, peran itu tak hanya bermanfaat pada masa lalu. Hingga dunia modern, jalur Sutra membawa banyak dampak positif bagi interaksi Timur dan Barat. Pemerhati Masalah Internasional dari Global Future Institute, M Arief Pranoto, dalam artikelnya "Catatan Kecil Tentang Jalur Sutra", dalam The global review menyebutkan pada era modern, jalur Sutra tak hanya sebagai jalur ekonomi, tapi juga budaya. Pada era modern, menurut Arief, mengutip David Rockefeller, jalur tersebut melintas antara Maroko (Afrika Utara) hingga perbatasan Cina dan Rusia.
"Banyak terjadi pertukaran gagasan-gagasan baru, bahasa, serta pertukaran berbagai adat dan budaya antarnegara, bahkan benua. Salah satu contohnya adalah bubuk mesiu, teknik pembuatan kertas, dan percetakan (di mana ini merupakan tiga dari empat penemuan Cina kuno), namun oleh Cina hal itu diperkenalkan kepada Barat.
Sebaliknya, Cina mengenal matematika dan tambahan pengetahuan obat-obatan dari Barat; termasuk pada jalur legenda ini bisa ditemukan jejak-jejak sejarah dari Marco Polo, Jenghis Khan, Kaisar Romawi Alexander Agung, dan lain-lainnya," ujarnya.