REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) kembali menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM), pada Jumat (28/7). Departemen Pertahanan AS mengatakan, ICBM yang kali ini diluncurkan Korut adalah rudal jarak jauh yang disebut mampu mencapai daratan Amerika Serikat (AS).
Juru bicara Pentagon Kapten Jeff Davis mengatakan peluncuran tersebut dilakukan dari Mupyong-ni, sebuah pabrik senjata di utara Korut. Kantor berita Korea Selatan (Korsel) Yonhap, mengutip kepala staf gabungan militer negara tersebut mengatakan rudal Korut itu diluncurkan dari provinsi Jagang dan mendarat di Laut Timur.
Setelah dikonfirmasi oleh militer Korsel dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Seoul dan Tokyo segera mengadakan pertemuan dewan keamanan nasional mereka. Sekretaris kabinet Jepang, Yoshihide Suga, mengatakan rudal Korut terbang selama sekitar 45 menit dan tampaknya telah mendarat di perairan zona ekonomi eksklusif Jepang. Jarak penerbangan rudal bisa lebih dari 3.000 km, namun tidak ada laporan kerusakan yang terjadi.
Presiden AS Donald Trump juga ikut menanggapi peluncuran tersebut. Menurutnya, peluncuran rudal ini hanyalah tindakan sembrono dan berbahaya yang kembali dilakukan rezim Korea Utara. "AS akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjamin keamanan tanah air Amerika dan melindungi sekutu kami di wilayah ini," ujar Trump.
David Wright, seorang fisikawan dan co-direktur program keamanan global di Union of Concerned Scientists, mengatakan jika laporan tentang ketinggian maksimum rudal dan waktu penerbangan benar, maka rudal memiliki rentang teoritis paling sedikit 10.400 kilometer. Dengan demikian rudal bisa mencapai Los Angeles, Denver, atau Chicago, tergantung pada variabel seperti ukuran dan bobot hulu ledak yang akan dibawa di atas rudal.
Sebagai tanggapan atas peluncuran Korea Utara, AS dan Korsel akan melakukan latihan live-fire. Latihan tersebut menggunakan rudal yang ditembakkan ke perairan teritorial Korsel di sepanjang Pantai Timur.
Kantor Berita Korut mengatakan, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada Sabtu (29/7) telah menyatakan kepuasan besar setelah rudal ICBM Hwasong-14 pertama kali diluncurkan pada 4 Juli. Rudal ini mencapai ketinggian maksimum 3.725 kilometer dan menempuh jarak 998 kilometer dari peluncuran sebelum mendarat di perairan dekat Jepang.
Menurut Kim, peluncuran terbaru kali ini menegaskan kembali keandalan sistem ICBM di negaranya. Ia juga menunjukkan, saat ini seluruh dataran AS telah berada dalam jangkauan Korut.
Kathy Novak dari Aljazirah, yang melaporkan dari Seoul, mengatakan peluncuran rudal Korut kali ini telah diperkirakan sebelumnya. "Ada tanda-tanda dari pejabat di Amerika Serikat dan Korea Selatan, persiapan tengah dilakukan untuk peluncuran rudal di Korea Utara dan Semenanjung Korea telah sangat siaga," katanya.
Korut membuat gempar dengan melakukan uji coba ICBM pertamanya pada hari perayaan kemerdekaan AS pada 4 Juli lalu, yaitu rudal Hwasong-14. Rudal ini diyakini oleh para ahli bisa berpotensi mencapai Alaska. Kim yang langsung mengawasi peluncuran Hwasong-14, mengatakan rudal itu adalah 'hadiah' bagi AS.
Cina, sekutu terpenting Korut, mendesak Pyongyang untuk mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB. Cina juga meminta Korut untuk menahan diri agar ketegangan tidak semakin meningkat.
Secara keseluruhan, enam set sanksi PBB telah dikenakan ke Korut sejak pertama kali menguji perangkat atom pada 2006. Namun dua resolusi yang diadopsi tahun lalu tidak diindahkan oleh rezim Korut.
Saat ini militer AS sedang bersiap untuk melakukan uji coba sistem pencegat rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Alaska. AS memiliki lapisan kemampuan pertahanan rudal yang terdiri dari beberapa komponen yang dirancang untuk menghancurkan berbagai jenis rudal pada fase penerbangan yang berbeda.