REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR -- Si Yi Chen berusia 20 tahun saat tertangkap menyelundupkan narkoba dalam kasus Bali Nine. Sekarang dia menjalani hukuman seumur hidup di Lapas Kerobokan di Bali, tidak tahu apakah dia akan pernah keluar dari sana.
Ketika berusia 12 tahun, Chen dan keluarganya meninggalkan China dan pindah ke Australia. Chen muda harus belajar bahasa baru, malu berbicara karena takut diejek gara-gara aksennya.
"Saya berumur 12 tahun dan tidak memiliki latar belakang bahasa Inggris sehingga harus belajar dari nol. Seperti yang bisa Anda dengar, aksenku masih aksen China," katanya ketika ditemui ABC News. "Dan Anda malu berbicara dengan orang lain karena takut orang akan menertawakan."
"Dan waktu itu banyak diskriminasi rasial, sepertinya mereka meminta Anda kembali ke negara asal. Jadi ya, kita benar-benar takut berbicara," tambahnya.
Sebelum ditangkap petugas di Bali, Chen mengatakan waktu dia lebih muda dia "keras kepala, ego besar, mengira dia anak paling beruntung, karena kita lepas dari masalah saat masih muda."
Tekanan keluarga
Chen menggambarkan keluarganya sebagai "khas China tradisional".
"Rasanya ayah kepala keluarga dan ibuku koki dan saya anak satu-satunya. Jadi mereka benar-benar ketat. Tapi kadang kalau terlalu ketat, Anda memberontak terhadap mereka," katanya.
Chen mengatakan mulai menentang aturan ketat keluarganya saat di sekolah menengah.
Mereka bukan keluarga kaya dan menurutnya mereka harus selalu bekerja keras. Artinya, dia tidak bisa ke bioskop bersama teman atau mengunjungi tempat-tempat seperti Wonderland selama liburan. "Saya harus tinggal di rumah dan belajar," katanya.
"Dan tentu saja, ayahku pikir bahwa studi bisa memberimu kehidupan lebih baik di masa depan. Namun saya lebih praktis. Jadi saya selalu memberontak terhadapnya," tutur Chen.
"Ketika terjun ke masyarakat, Anda bertemu orang yang salah. Namun kadang orang yang salah itu menyamar sebagai teman terbaikmu," ujarnya.
Setamat SMA, Chen mengaku kuliah hanya "pemborosan waktu dan uang". Terinspirasi oleh Bill Gates - yang putus kuliah - dia memutuskan tidak melanjutkan ke universitas. "Orangtuaku, ayahku tidak menerima hal ini, Kami bertengkar dan saya pindah dari keluarga... dari dia," katanya.
"Saya mulai hidup sendiri dengan teman-teman dan tentu saja Anda perlu uang untuk bertahan hidup," tambahnya. "Saat putus asa, Anda tidak memikirkan akibat dan konsekuensinya."
Chen mengatakan bahwa ayahnya terus menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi.
"Saya mencoba untuk menjadi seperti seorang Tao... ikut dengan arus. Hal-hal akan terjadi, tidak terelakkan," katanya.
"Jadi saya coba mengatakan kepadanya dan membujuknya, ini memang seharusnya terjadi karena bisa mengubah saya menjadi orang yang lebih baik. Dan di sini - sekolah kehidupan," jelasnya.
Chen terus berjuang dengan kesadaran bahwa dia kemungkinan menghabiskan seumur hidupnya di balik dinding Lapas Kerobokan.
"Dalam pikiranku, saya masih mungkin bisa keluar dan mungkin masih bisa berkesempatan mendapatkan pengurangan hukuman," katanya.
"Seiring berjalannya waktu, semakin sulit karena Anda mulai kehilangan harapan. Anda mulai berpikir apa gunanya?" tutur Chen.
'Orang bisa berubah'
Chen secara teratur menengahi dan mempraktikkan tai chi, yang menurutnya penting karena menjadi satu-satunya waktu menemukan kedamaian batin di dalam penjara.
"Karena itulah saatnya Anda melakukan sesuatu untuk diri sendiri," tukasnya.
Kepergian Andrew Chan dan Myuran Sukumaran sulit diterima oleh Chen. Dia menggambarkan ikatan yang mereka kembangkan selama ini sebagai "seperti keluarga".
"Kami saling menjaga, saling menjaga satu sama lain. Sangat sulit bagi kami untuk menghadapi kenyataan bahwa mereka dieksekusi," katanya.
"Saya merasa bersalah karena masih hidup dan mereka tidak. Juga merasa kecewa dan hal itu mempengaruhi pola pikirku saat itu, seperti, apa guna semua ini.
"Kami sudah berubah, itu gunanya penjara, bukan? Kita merehabilitasi orang, mengubahnya menjadi orang yang lebih baik," katanya.
"Tapi mengapa Anda masih membunuh seseorang yang telah berubah, menjadi orang baik - guru yang baik, pelukis yang baik, saudara yang baik?" tanyanya.
Chen mengatakan jika berhasil meninggalkan penjara, dia berencana menjadi konselor untuk orang muda yang "mengalami pengalaman yang sama seperti saya".
"Karena saya contoh utama dari hal itu. Juga mengajarkan anak-anak saat ini untuk menurunkan ego mereka. Saya ada di sini karena ego saya. Saya ada di sini karena harga diri saya," katanya.
Satu-satunya kesempatan Chen meninggalkan Lapas Kerobokan adalah jika dia diberi grasi. Jadi apa yang akan dia sampaikan kepada Presiden Joko Widodo jika dia punya kesempatan?
"Saya akan meminta dia [Joko Widodo] untuk melihat perubahan dalam hidup kami sewaktu kami di sini. Orang bisa berubah, orang layak mendapat kesempatan kedua," kata Chen. "Pulang saya ke rumah."
Diterbitkan Senin 31 Juli 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News di sini.