REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasa senang, sedih, marah, malu, atau berbunga-bunga, sekarang tidak perlu lagi diungkapkan dengan kata-kata. Cukup dengan emoji, simbol-simbol ekspresi yang tersedia di media sosial dan lainnya.
Bayangkan jika semua emoji itu hidup dan bekerja layaknya manusia, menghuni sebuah kota bernama Textopolis. Mereka beraktivitas dalam ponsel setiap orang, merasa senang apabila dipakai untuk menghiasi percakapan virtual.
Semua berlangsung damai sampai satu emoji bernama Gene dituduh mengalami malfungsi dan menyebabkan kekacauan. Gene yang semestinya bertampang "meh" alias tidak peduli pada apa pun sepanjang waktu, malah punya hampir seluruh ekspresi wajah.
Dianggap pengacau dan kian dikucilkan, Gene berusaha agar dirinya menjadi emoji normal. Ia meminta bantuan emoji tangan Hi-5 dan emoji peretas Jailbreak untuk mengatur ulang programnya, mengawali sebuah petualangan seru di dunia virtual.
Kisah para emoji dalam The Emoji Movie akan segera hadir di bioskop Indonesia mulai 11 Agustus 2017. Film produksi Sony Pictures Animation untuk penonton semua umur ini bisa menjadi alternatif tayangan yang menarik disimak seluruh keluarga.
Sutradara Tony Leondis dengan apik menghadirkan dunia emoji penuh warna yang memukau mata. Penonton disuguhi gempita kemeriahan media sosial seperti riuhnya Facebook, momen keabadian Instagram, arus musik Spotify, sampai visual indah komputasi awan.
Para pengisi suara kondang seperti TJ Miller, James Corden, Anna Faris, sampai Christina Aguilera membuat The Emoji Movie makin hidup. Film ini jadi hiburan cerdas bagi pengguna ponsel yang gemar mengirim emoji dan bermedsos ria, sekaligus menyisipkan kritik pada penggunaan teknologi yang berlebihan.