REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memiliki ambisi untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baru. Anggota Tim percepatan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata Taufan Rahmadi mengatakan, pariwisata memang memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak ekonomi mengingat ia memiliki efek berganda atau multiplier effect yang mampu menggerakkan banyak sektor lainnya.
"Kalau kita bicara pariwisata, semua sektor dari hulu sampai hilir itu saling berhubungan," kata Taufan, saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (10/8).
Ia menjelaskan, dari kegiatan membeli tiket perjalanan sampai wisatawan pulang ke daerah asal sambil membawa oleh-oleh, sudah banyak sektor industri yang bergerak. Mulai dari perusahaan start-up penyedia jasa pemesanan tiket perjalanan, industri perhotelan, restoran, jasa transportasi, hingga pengusaha UMKM yang memproduksi barang kerajinan. Hal ini juga menunjukkan bahwa pariwisata merupakan industri padat karya yang mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Pemerintah sendiri telah menetapkan 10 destinasi pariwisata unggulan yang diharapkan dapat menjadi Bali baru. Salah satu destinasi pariwisata prioritas tersebut yakni Mandalika di Nusa Tenggara Barat.
Taufan menyebut, dalam beberapa bulan terakhir, pariwisata di NTB melesat cepat. Frekuensi penerbangan meningkat sekitar 50 persen. Industri perhotelan pun makin bergairah dengan munculnya banyak hotel dan penginapan-penginapan baru.
"Dulu NTB selalu berada di bawah bayang-bayang Bali. Sekarang jadi tujuan utama wisatawan muslim dunia," kata Taufan.
Pada 2016 lalu, pertumbuhan sektor pariwisata mencapai 17 persen. Dari jumlah wisatawan, tercatat ada 12,2 juta wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia selama 2016. Pemerintah menargetkan, jumlah itu dapat meningkat menjadi 15 juta sepanjang 2017. Sampai 2019 mendatang, diharapkan ada 20 juta wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.