Selasa 15 Aug 2017 15:37 WIB

Balai TNGR tak Gelar Upacara di Puncak Gunung Rinjani

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ratna Puspita
Menikmati matahari terbit di Gunung Rinjani dari Bukit Pergasingan, Sembalun, Lombok.    (Republika/ Wihdan Hidayat)
Foto: Republika/ Wihdan
Menikmati matahari terbit di Gunung Rinjani dari Bukit Pergasingan, Sembalun, Lombok. (Republika/ Wihdan Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM — Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Agus Budi Santosa mengatakan Balai TNGR tidak menyelenggarakan upacara pengibaran bendera merah putih pada 17 Agustus mendatang di puncak Gunung Rinjani, seperti tahun-tahun sebelumnya. Ini untuk menghindari semakin meningkatnya jumlah pengunjung ke Rinjani pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke-72 RI. 

"Tahun ini tidak ada, hanya di kantor Balai TNGR saja upacaranya," ujar Agus saat dihubungi Republika dari Mataram, NTB, Selasa (15/8).

Berbeda dengan jalur pendakian lain seperti Gunung Bromo, Merapi, Merbabu, Gede Pangrango, yang ditutup pada 17 Agustus, Agus menyampaikan, jalur pendakian Gunung Rinjani tetap dibuka. 

Sebab, karakteristik jalur pendakian di Gunung Rinjani berbeda dengan gunung-gunung lain yang masa puncaknya berada momen 17 Agustus. "Karena di Rinjani pengunjung terbanyak bukan saat Agustusan, tapi lebaran hari keenam," kata Agus.

Kendati bukan yang terbanyak, Agus menjelaskan, berdasarkan data statistik, jumlah pengunjung ke Gunung Rinjani meningkat drastis pada momen 17 Agustus. Agus menerangkan, jumlah pengunjung pada 17 Agustus mencapai 600 pengunjung, atau lebih sedikit 400 orang dari lebaran. Pada lebaran hari keenam tahun lalu tercatat seribu orang mengunjungi atau mendaki Rinjani. 

Menurut Agus, dengan menggelar upacara pengibaran bendera merah putih di puncak gunung akan menarik lebih banyak animo para pendaki. Hal ini yang membuat Balai TNGR tidak menggelar upacara pengibaran bendera merah putih di puncak gunung. 

"Nah, ini akan melampaui melampaui daya dukung dan daya tampung gunung, kemudian tingkat keamanan dan kenyamanan pengunjung juga akan menurun. Itu yang kami hindari," kata Agus.

Kendati demikian, Agus melanjutkan, pengibaran bendera merah putih di puncak gunung tahun ini kembali pada para pendaki itu sendiri. Meski tidak menggelar upacara pengibaran bendera merah putih di puncak gunung, Balai TNGR telah menyiapkan para petugas dari Satgas Rinjani Bersih yang ditempatkan di titik-titik yang menjadi pusat para pendaki. 

Agus menyampaikan, persoalan kebersihan menjadi prioritas utama dari Balai TNGR. Koordinasi dengan Dinas Pariwisata NTB dan sejumlah komunitas pendaki juga terus ditingkatkan guna menjaga Gunung Rinjani bersih dari sampah. Belum lama ini, Agus melanjutkan, Balai TNGR menerima tim asesor dari Indonesian Sustainable Tourism Award 2017 dan masuk dalam nominasi dalam hal manajemen pendakian terbaik.

"Memang kita belum maksimal, namun upaya-upaya yang dilakukan terus menuju ke arah yang lebih baik," kata Agus menambahkan. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement